5 Jenderal Kopassus Hebat di Medan Tempur tapi Karirnya Meredup

- 23 November 2021, 19:13 WIB
Prabowo Subianto jenderal Kopassus yang hebat di medan tempur tapi kariernya meredup
Prabowo Subianto jenderal Kopassus yang hebat di medan tempur tapi kariernya meredup /Instagram @prabowo/

RINGTIMES BALI – Jenderal Kopassus yang hebat ketika menghadapi musuh di medan perang, namun karirnya harus meredup.

Beberapa Jenderal Kopassus harus dipecat karena kesalahan yang tidak diduga sebelumnya, padahal dikenal garang di medan perang.

Jenderal Kopassus seperti Sintong Panjaitan dan Prabowo Subianto yang dikenal sebagai macan di medan perang harus meninggalkan karir militernya.

Baca Juga: Profil KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman

Dilansir dari kanal YouTube Erwin Tamatompo berikut lima Jenderal Kopassus yang terkenal hebat di medan perang, namun karirnya harus meredup:

1. Letnan Jenderal TNI Sintong Hamonangan Panjaitan

28 Maret 1981 Indonesia digegerkan dalam peristiwa pembajakan pesawat Garuda Indonesia di Woyla, dibajak oleh kelompok teroris.

Dengan sandera 57 penumpang di Bangkok Thailand, kemudian kelompok teroris meminta uang tebusan sebesar 1.5 juta dolar Amerika dan 80 temannya untuk dibebaskan.

Baca Juga: Profil Mayjen TNI Maruli Simanjuntak, Menantu Luhut Binsar Panjaitan

Apabila pemerintah Indonesia tidak memenuhi tuntutannya,  para pembajak mengancam akan meledakkan pesawat.

Pemerintah Indonesia menurunkan tim khusus yang dipimpin oleh Letkol Infanteri Sintong Panjaitan, dan berhasil dibekukan selama tiga menit saja.

Sejak keberhasilannya saat itu kekuatan Kopassus menjadi pasukan elit yang disegani oleh dunia.

Baca Juga: Mengenal Kandidat Pangkostrad Mayor Jenderal TNI I Nyoman Cantiasa

Letnan Jenderal TNI Sintong Panjaitan merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1963, karir militernya dihabiskan di Korps baret merah.

Pada tahun 1985 Letjen Sintong pernah menjadi Danjen Kopassus, hingga perjalanan karirnya melesat menjadi Pangdam Udayana.

Sayang Letnan Jenderal TNI Sintong Panjaitan harus dicopot dari jabatannya sebagai Pangdam Udayana.

Hal ini disebabkan pada saat tragedi Santa Cruz di Timor Timur yang memakan korban jiwa, dan sejak saat itu karir Letjen TNI Sintong Panjaitan menjadi meredup.

2. Jenderal TNI AM Hendropriyono

Pria yang kerap disapa AM Hendropriyono ini merupakan lulusan Akademi Militer 1967, mertua dari Panglima Andika Perkasa.

Baca Juga: Profil Lengkap Danjen Kopassus Mayjen TNI Teguh Muji Angkasa

Setelah lulus dari Akmil Hendropriyono bertugas di Komando Pasukan Sandi Yudha, yang kini berubah nama menjadi Kopassus.

Sebagai prajurit Kopassus AM Hendropriyono banyak terjun di medan laga, mulai peperangan di Kalimantan, Timor Timur hingga Papua.

Dari semua penugasan yang dilakukannya satu yang paling membekas, yaitu ketika Hendropriyono memimpin tim Halilintar memberantas gerakan komunis di Kalimantan.

Gerakan komunis di Kalimantan dilakukan oleh pasukan gerilyawan rakyat Sarawak, dan pasukan rakyat Kalimantan Utara.

Pada saat itu pasukan Halilintar yang dipimpinnya bertempur di pedalaman hutan Kalimantan dengan PGRS Paraku pimpinan Akhsan.

Baca Juga: 5 Perwira Tinggi TNI AD Calon Pangkostrad, Pengganti Jenderal Dudung Abdurachman

Pada tahun 1973-1974 tim Halilintar mencium keberadaan Ahsan di hutan Kalimantan, kemudian Hendropriyono memutuskan untuk menyerbu.

Merayap sejauh 4.5 km, dan akhirnya saling bertempur Ahsan tewas di tangan Hendropriyono dan sejak saat itu karirnya melejit.

Namun kehebatannya di medan tempur tidak membuat karirnya menjadi cemerlang, Hendropriyono tidak pernah menjadi Danjen atau Panglima TNI.

Jenderal TNI Purnawirawan AM Hendropriyono pensiun dengan bintang tiga di pundaknya, yang kemudian menjabat sebagai menteri di era Gus Dur dan Megawati.

3. Jenderal TNI Agum Gumelar

Jenderal TNI Purnawirawan Agum Gumelar banyak menghabiskan karirnya di Korps baret merah.

Baca Juga: 8 Jenis Baret TNI AL, Armada hingga Kopaska

Bahkan dia sempat menjadi orang nomor satu di Kopassus, pada tahun 1993-1994 menjadi Danjen Kopassus dengan pangkat Brigadir Jenderal.

Sebagai prajurit Kopassus Agum Gumelar turut dalam operasi perang dan yang paling membekas adalah operasi Seroja di Timor Timur.

Agum Gumelar memimpin pasukan Nanggala 55 misinya adalah untuk mengurangi musuh, dengan jalan persuasif dan terbukti berhasil.

Namun sayang karirnya tidak cemerlang, dia dianggap sebagai Jenderal yang tidak loyal dengan Presiden Soeharto ketika orde baru berkuasa.

Agum Gumelar bersimpati bersama kelompok Petisi 50, dan dia mengutip falsafah dari China yang berbunyi “seribu kawan masih kurang, satu musuh kebanyakan”.

Baca Juga: 2 Helikopter Canggih Milik TNI AL yang Buat Tentara China Mundur

Karena ucapannya itulah Agum Gumelar dicopot dari jabatannya sebagai Danjen Kopassus.

Kemudian di akhir karirnya Jenderal TNI Agum Gumelar menerima bintang empat sebagai tanda kehormatan.

4. Luhut Binsar Panjaitan

Jenderal TNI Luhut Binsar Panjaitan merupakan lulusan terbaik AKABRI 1970 dan sebagai peraih Adhi Makayasa.

Luhut Binsar Pandjaitan memilih Korps baret merah sebagai jalan pengabdiannya, dan langsung diutus ke medan tempur Timor Timur.

Pada saat itu dia turut bertempur untuk merebut kota Dili dari tangan Fretilin dalam Operasi Seroja.

Baca Juga: Arti Warna Baret di Kesatuan TNI AD

Luhut Binsar Pandjaitan juga merupakan perwira militer yang sangat pintar, dan sering mengikuti pelatihan di luar negeri.

Setelah lulus dari sekolah militer di Jerman, karir Luhut Binsar Pandjaitan semakin melesat dan pernah dipercaya sebagai Danrem Madiun 1995.

Sayang Jenderal TNI Luhut Binsar Pandjaitan tidak pernah menjadi Pangdam atau Kasdam dalam jejak karir militernya.

Karirnya semakin surut ketika diterpa isu, keinginannya ingin mengkudeta Presiden Soeharto, dan mengakhiri karir militernya dengan pangkat Letnan Jenderal.

5. Letnan Jenderal TNI Prabowo Subianto

Seorang Perwira Tinggi Angkatan Darat yang lulus dari pendidikan Akademi Militer pada tahun 1974.

Baca Juga: Attack Helikopter yang Dimiliki TNI AD Ternyata Buatan Rusia dan Amerika

Prabowo Subianto banyak menghabiskan karir militernya di Kopassus, dan seorang Perwira muda dengan karir yang cemerlang.

Sebagai prajurit tempur Prabowo pernah ditugaskan di Timor Timur, disinilah dia berkenalan dengan Hercules.

Hercules adalah seorang preman yang terkenal di DKI Jakarta hingga saat ini. Dan saat di Timor Timur Prabowo dikabarkan berhasil menembak mati gerilyawan Fretilin.

Aksi heroik Prabowo adalah ketika menjabat sebagai Danjen Kopassus pada tahun 1996, pada saat itu terjadi penyanderaan tim ekspedisi Lorentz di Papua.

Prabowo memimpin langsung pasukannya dan menyerbu markas OPM yang menyembunyikan 11 sandera dan terdiri dari beberapa bangsa asing.

Dua orang tewas dari hasil operasi tersebut, namun karirnya meredup ketika Presiden Soeharto lengser dari jabatannya.

Bahkan Prabowo sempat dituding terkait penculikan aktivis reformasi 1998, akhirnya disidang oleh Dewan Kehormatan Perwira.

Hasil putusan sidang, Prabowo Subianto dipecat sebagai prajurit TNI dan saat itu sudah berpangkat Letnan Jenderal.

Inilah kisah lima Jenderal TNI yang memiliki keganasan di medan perang, namun karirnya di bidang militer meredup.***

 

 

 

 

 

Editor: Rani Purbaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x