Bali Dipuji, BMKG Ungkap Sejumlah Pemda Slow Respon Terkait Peringatan Dini Bencana di Wilayahnya

31 Mei 2021, 14:48 WIB
BMKG mengungkap sejumlah Pemda slow respon terkait peringatan dini bencana di wilayahnya /dok.BMKG/

RINGTIMES BALI - BMKG telah membuat peta pemodelan potensi bencana gempa bumi dan tsunami di Jawa Timur dengan ketinggian maksimum 29 meter di Trenggalek, dan Blitar.

Menurut Kepala BMKG Dwikorita di Jawa Timur 28 Juli 2021, pihaknya sudah jauh-jauh hari memberikan peringatan dini bencana kepada Pemda jangan sampai ketika sampai di daerah penerimaannya berbeda.

Ketika event IMF di Bali, katanya BMKG ditekan apakah pihaknya bisa menjamin aman atau tidak nya acara itu apakah acara itu aman dari bencana atau tidak.

"Bayangkan itu kan berat ya, untungnya bersama ibu Harkunti yang bisa menunjukkan terutama kita lihat Pemdanya dan ketika acara itu pemdanya siap ya kita bersyukur bersama ibu Harkunti," pujinya di kanal YouTube Info BMKG.

Baca Juga: BMKG Ungkap SMS Blast Gempa Magnitudo 8,5 di Jatim, Bali NTB, NTT, Jateng pada 4 Juni 2021 Bukanlah Prediksi

Sambung Dwikorita, balik lagi ke lapangan bahwa BMKG dicap sebagai lembaga yang menakut-nakuti itu adalah tidak benar, tandasnya.

Bagaimana pihaknya bisa memberikan literasi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui media.

Ia memaparkan bahwa pihaknya selalu menyarankan atau merekomendasikan kepada pemda masing-masing.

Dan pada saat kejadian IMF di Bali, nyaris batal dan BMKG diminta jaminan bahwa Bali aman gempa tsunami, menurutnya ini sangat berat.

Namun akhirnya, BMKG mendatangkan duta besar seluruh dunia dan memberikan pemaparan kepada mereka bahwa Bali aman terhadap gempa.

Baca Juga: Bali Diperingati BMKG Gelombang Tinggi Capai 4 Meter Esok hingga 2 Juni, Berikut Wilayahnya

Adanya peraturan dalam negeri yang ada pelayanan standar. Peneliti ITB Harkunti Pertiwi Rahayu mengungkapkan, pada saat gempa besar hancur Banda Aceh. Hal ini disebabkan Pemda Banda Aceh terpengaruh karena air surut bukan saat air pasang karena saat itu kata tsunami belum familiar.

Sementara untuk kejadian Bali katanya pemerintah menyetujui langkah BMKG untuk memasang rambu seperti pentahelix.

Menceritakan Bali katanya, dimana rambu-rambu itu meski sudah usang dimakan waktu. Ia kembali mencontohkan ketika melakukan pemodelan untuk gempa Banten. Pemda Banten saat itu kurang responsif.

Disana juga terjadi dan ditolak oleh para pelaku wisata di Banten. Berbeda dengan di Bali katanya, dimana Pemdanya menyambut baik dengan melanjutkan program pentahelix bahkan di setiap hotelnya kini sudah memiliki sertifikasi hotel anti bencana.

Baca Juga: Pesan Berantai Peringatan Dini Tsunami Hebohkan Masyarakat, BMKG: Terjadi Kesalahan Sistem

Pengunjung pun merasa aman dan ketika berwisata menjadi kembali lagi menginap di hotel yang sama.

Dan ketika misalnya tsunami warga tidak siap karena mereka (stakeholder) hanya terpaku pada kerusakan bukan.

Untuk Jawa Timur selatan seperti Banyuwangi pihaknya juga pernah melakukan riset di kawasan tersebut.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: BMKG

Tags

Terkini

Terpopuler