Vanuatu dalam 'Jebakan' Rasisme

4 Oktober 2020, 16:07 WIB
Vanuatu dan Rasisme, Ada Apa dengan Indonesia /INA Photo Agency/Sipa USA via theconversation.com/

RINGTIMES BALI - Vanuatu menuduh Indonesia telah melakukan pelanggaran HAM di Papua, atas hal ini warganet berkomentar negatif bahkan cenderung rasisme terhadap negara kecil di Samudra Pasifik ini. Ada apa dengan Vanuatu dan rasisme yang diserukan warga Indonesia?

Baca Juga: Pentingnya Menjaga Keamanan Akun ShopeePay, Simak Caranya

Viralnya tuduhan negara kecil Vanuatu terhadap Indonesia saat sidang umum PBB menjadi kontroversi hingga kini. Hingga muncul komentar-komentar berbau rasisme.

Diplomat Perutusan Tetap RI (PTRI) New York, Silvany Austin dengan keberaniannya memukul telak perwakilan Vanuatu dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dalam sidang tersebut diketahui, dia mengatakan bahwa Vanuatu terlalu mencampuri urusan dalam negeri Indonesia terkait tuduhan isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Papua.

Baca Juga: Presiden Jokowi : Jangan Sok-sokan Lockdown, Kira-kira Sindir Siapa ?

Silvany juga mengatakan bahwa Vanuatu bukan perwakilan untuk menyampaikan hak jawab warga Papua atas tuduhan pelanggaran HAM yang dituduhkan pada Indonesia.

Namun kini berbanding terbalik dengan pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemlu).

Melalui Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah yang meminta untuk tidak menyerang instagram milik Vanuatu. Kemlu tidak merestui adanya serangan bernada rasisme dan tidak proporsional.

Baca Juga: Muncul KAMI Tandingan Pro Pemerintah, Ini untuk Mengaburkan Orisinalitas KAMI saja

"Kalau memang ternyata benar ada serangan netizen yang berlebihan dan tidak proporsional, ada baiknya dihentikan karena bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang mempersoalkan perbedaan ras," ujar (Plt.) Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah belum lama ini.

Faiza lantas mengingatkan bahwa Indonesia sendiri merupakan bangsa yang memiliki beragam ras. "Kita toh terdiri dari banyak suku bangsa dan ras," tegasnya.

Sementara itu, di media sosial twitter suara-suara sumbang dan rasisme soal Vanuatu masih beredar. Atas hal itu, pemerintah Vanuatu sampai mematikan kolom komentar di instagram resminya @Vanuatuisland.

Baca Juga: Vanuatu Serang Indonesia soal Papua di PBB, Walter Lini: Kami Belum Merdeka, Melanesia Masih Dijajah

Sementara itu, terkait Vanuatu menuai pro dan kontra bagi warga+62

Seperti dikutip RINGTIMES BALI dari akun twitter @suaraperanakan yang menulis :

"Masalah rasisme telah mengakar di Indonesia. Semua orang menyadari dan mengetahuinya. Namun, banyak dari kita memilih untuk mengacuhkan atau bahkan membantahnya," demikian tertulis.

Bagaimana menurut anda?

Baca Juga: 7 Fakta Menarik Negara Vanuatu 'Fitnah' Indonesia, jadi Negara Terindah tapi Kanibal

Sesungguhnya rasisme bukan kali ini saja terjadi, bukan hanya Vanuatu dan tidak hanya terjadi di bumi Indonesia bahkan seluruh dunia mengalaminya. Kini Vanuatu berada dalam 'jebakan' rasisme.

Dikutip RINGTIMES BALI dari theconversation.com, selain rasisme yang terjadi pada negara Vanuatu, kematian tragis Floyd ini telah memicu protes terhadap praktik rasisme dan tindak kekerasan yang dilakukan polisi. Berbagai protes ini mendorong anggota Kongres AS menyusun rancangan undang-undang (RUU) untuk menghentikan penyalahgunaan kekerasan yang dilakukan oleh polisi.

Selain itu, di Inggris dan Belgia, patung-patung para figur pada masa kolonial yang dikenal rasis, dipindahkan. Berbagai film dan acara televisi yang mengandung unsur rasisme juga telah dihentikan penayangannya.

Baca Juga: Diserbu Warganet +62, Vanuatu Justru Miliki Destinasi Wisata Unik hingga Jadi Negara Paling Bahagia

Sebagaimana diberitakan sebelumnya Negara Vanuatu mendadak mengusik Indonesia. Hal ini terungkap gara-gara Vanuatu menyebut Indonesia melakukan pelanggaran HAM di Papua. Hal itu tentu saja membuat Indonesia berang.

Diplomat muda Indonesia Silvany Austin Pasaribu pun langsung menohok Vanuatu saat Sidang Umum PBB, Sabtu 26 September 2020 lalu. Dengan tegas Indonesia meminta agar Vanuatu berhenti mengurusi Indonesia.

Silvany menyebut Vanuatu memiliki obsesi yang berlebihan dan tidak sehat tentang cara Indonesia harus bertindak atau memerintah negaranya sendiri.***

Editor: Tri Widiyanti

Sumber: The Conversation

Tags

Terkini

Terpopuler