Latar Belakang Hingga Akhir Pemberontakan PRRI / Permesta di Indonesia, Ada Campur Tangan CIA Juga

23 September 2020, 07:26 WIB
Sejarah pemberontakan PRRI / Permesta /


RINGTIMES BALI -
Permesta adalah sebuah gerakan militer di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin militer dan sipil Indonesia bagian timur pada tanggal 2 Maret 1957. Pusat gerakan ini mulanya berada di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi.

Pada pada 1957 markas Permesta dipindahkan ke Manado di Sulawesi Utara. Di sini timbul kontak senjata dengan pasukan pemerintah pusat sampai mencapai gencatan senjata pada tahun 1961.

Baca Juga: Ramalan Shio Hari Ini, 23 September 2020: Shio Kelinci, Lakukan Hal Baru

Latar belakang dan tujuan terjadinya pemberontakan Permesta adalah karena ketidakseimbangan kebijakan pemerintah pada pemenuhan ekonomi lokal, di mana dalam gilirannya membatasi setiap kesempatan bagi pengembangan daerah regional lainnya.

Ketidakseimbangan terjadi karena ajang politik Indonesia terpusat di pulau Jawa, sedangkan sumber-sumber perekonomian negara lebih banyak berasal dari pulau-pulau lain.

Baca Juga: Peristiwa Hari Ini: Mengenang Peristiwa Perobekan Bendera Merah Putih di Hotel Yamato Surabaya

Pemberontakan keduanya sudah muncul saat menjelang pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) tahun 1949.

Akar masalahnya yaitu saat pembentukan RIS tahun 1949 bersamaan dengan dikerucutkan Divisi Banteng hingga hanya menyisakan 1 brigade saja.

Pada awal tahun 1957, pimpinan daerah di Makassar baik dari pemerintah dan dari militer mengunjungi Jakarta.

Baca Juga: Peristiwa Hari Ini, 18 September: Latar Belakang Pemberontakan PKI di Madiun

Saat itu Pangerang mendesak pemerintah pusat untuk mengupayakan otonomi yang lebih besar untuk daerah di Indonesia timur.

Selain otonomi yang lebih besar untuk tingkat daerah, juga pembagian pendapatan pemerintah yang lebih banyak untuk daerah guna pelaksanaan proyek-proyek pembangunan lokal.

Sedangkan perwakilan militer dari Makassar berusaha mendesak pimpinan TNI Angkatan Darat (TNI-AD) agar Ko-DPSST yang berada di bawah naungan langsung dari Markas Besar TNI-AD (daripada di bawah Tentara dan Territorium VII (TT-VII) yang bermarkas di Makassar) segera digantikan dengan sebuah Komando Daerah Militer (KDM).

Baca Juga: Peristiwa Hari Ini: Fakta Menarik Dibalik Ledakan Bom Bursa Efek Jakarta

Pada tanggal 2 Maret 1957 pukul 03.00 di kediaman gubernur di Makassar dan di hadapan sekitar 50 hadirin, Sumual memproklamasikan keadaan perang untuk seluruh wilayah TT-VII yaitu seluruh wilayah Indonesia timur. Selanjutnya Lahade membacakan Piagam Perjuangan Semesta atau Piagam Permesta.

Pada tanggal 14 Maret 1957, sebuah delegasi yang diketuai Henk Rondonuwu datang ke Jakarta dengan maksud untuk bertemu dengan President Soekarno dan Mohammad Hatta secara terpisah dan memberi penjelasan kepada mereka tentang tujuan Permesta. Mereka menjamin bahwa Permesta tidak bermaksud untuk pecah dari negara Republik Indonesia.

Baca Juga: Peristiwa Sejarah Hari Ini 6 September 2020, Salah Satunya Wafatnya Jenderal Nasution

Pada tanggal 10 Februari 1958, Husein mengumumkan Piagam Perjuangan untuk Menyelamatkan Negara.

Dalam piagam ini, pemerintah pusat diberi waktu lima hari untuk melaksanakan hal-hal yang tertera di dalam piagam yang antara lain adalah kepada Kabinet Djuanda untuk mengembalikan mandat kepada Soekarno dan kepada "tokoh nasional" Hatta dan Hamengku Buwono IX untuk membentuk sebuah Zaken Kabinet Nasional yang "bersih dari anasir-anasir anti-Tuhan.”

pBaca Juga: Mengenang Peristiwa 30 Agustus 2007, Soeharto VS Time Inca

Setelah itu pada 15 Februari 1958, sebuah Dewan Perjuangan di Padang mengumumkan terbentuknya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

Nama lengkap dari Dewan Perjuangan adalah Dewan Perjuangan Umum Seluruh Rakyat Indonesia yang Mengingini Kemerdekaan Negara dan Bangsa.

Di Makassar, tanggapan terhadap terbentuknya PRRI tidak sama dengan di Manado. Para penanda-tangan naskah Piagam Permesta asal Sulawesi Selatan telah mulai perlahan-lahan berhenti mendukung gerakan tersebut.

Baca Juga: Peristiwa Hari Ini: Ditemukannya Satelit Enceladus

Awal tahun 1958, Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA atau Central Intelligence Agency) mulai mengembangkan jaringan dukungan misi rahasia kepada Permesta (dan PRRI).

Namun dukungan CIA yang lebih besar terlihat dengan pengiriman pesawat-pesawat yang membentuk angkatan udara Permesta dinamakan Angkatan Udara Revolusioner (AUREV).

Baca Juga: Peristiwa Hari ini 27 Agustus Tergelincirnya Pesawat Sriwijaya Air Hingga Serangan di Batavia

Pada tanggal 13 April 1958 pukul 03.00, pesawat AUREV B-26 berangkat dari lapangan udara Mapanget (sekarang adalah Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi).

Tujuannya adalah lapangan udara Mandai (sekarang Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin) di Makassar. Mereka sampai di tujuan pada pukul 05.30 dan membom serta menembaki landasan udara selama 15 menit.

Baca Juga: Peristiwa Hari Ini, Hilangnya Kota Pompeii dalam Sekejap

Pada pukul 06.00 WITbpasukan yang dipimpin Sumual memulai penyerangan di morontai. Penyerangan tersebut dinamakan operasi Jakarta.

Operasi Jakarta I adalah untuk merebut pangkalan udara di Morotai. Kemudian Operasi Jakarta II adalah untuk merebut kembali daerah sekitar Palu yang dikuasai oleh TNI dan diteruskan dengan Operasi Jakarta III dengan target Balikpapan dan bagian selatan Kalimantan. Akhir tujuan operasi adalah menyerang Jakarta.

Baca Juga: Peristiwa Hari Ini, Hilangnya Kota Pompeii dalam Sekejap

Disisi lain,orang-orang CIA di Mapanget mendapat perintah dari Filipina untuk mengundurkan diri dari Manado.

Pope baru saja hilang beberapa hari sebelumnya dan mereka tidak tahu kalau dia tewas atau sudah ditangkap.

Pernyataan resmi tentang Pope oleh pemerintah Indonesia baru keluar pada tanggal 27 Mei 1958.

Baca Juga: Peristiwa Hari Ini 23 Agustus Awal dari Konferensi Meja Bundar

Beberapa hari sebelum Pope ditembak jatuh dan CIA menarik asetnya dari Mapanget, sebuah operasi AURI yang dinamakan Operasi Nunusaku dilakukan untuk melumpuhkan pesawat-pesawat AUREV milik Permesta (PRRI).

Setelah AURI muncul Operasi Mena. Operasi Mena adalah bagian dari operasi gabungan yang diberi nama Operasi Merdeka.

Operasi ini ditugaskan oleh pemerintah pusat untuk menumpas pemberontakan Permesta.

Baca Juga: Peristiwa Penting pada 22 Agustus, Salah Satunya Terbentuknya BKR

Operasi Mena sendiri yang terdiri dari Operasi Mena I dan Operasi Mena II bertujuan untuk mengamankan Kepulauan Halmahera.

Operasi Mena I yang dipimpin oleh Pieters ditugaskan untuk merebut kembali Jailolo, sedangkan Operasi Mena II yang dipimpin oleh Holnhulz ditugaskan untuk merebut kembali Morotai.

Pada tanggal 27 Mei 1958 dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di Jakarta, Pieters mengatakan bahwa sekitar 400 prajurit Permesta telah dikepung di Jailolo dan telah menerima ultimatum dari TNI untuk menyerahkan diri.

Baca Juga: Rentetan Peristiwa Bersejarah 19 Agustus Salah Satunya Berakhirnya Perang Dunia II

Operasi Sapta Marga juga adalah bagian dari operasi gabungan Operasi Merdeka. Operasi Sapta Marga sendiri yang terdiri dari empat operasi terpisah bertujuan untuk merebut kembali daerah-daerah di Sulawesi Utara dan Tengah.

Kubu dari Permesta lambat lain semakin memprihatinkan. Pada tanggal 17 Desember 1960, pertemuan antara Tumbelaka, Mantiri, dan Arie Supit menyetujui langkah-langkah konkrit untuk mengakhiri pemberontakan.

Baca Juga: Lihat Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini untuk Sambut Gajian

Langkah-langkah tersebut adalah sebuah permohonan dari Menteri Pertahanan/KASAD agar para pemberontak kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi dan pernyataan dari kubu Permesta yang menyatakan bahwa mereka siap untuk kembali.

Akhir dari pemberontakan ini adalah  anggota Permesta dan Ventje Sumual menyerah tanpa syarat pada 1961 dan mendekam di Rumah Tahanan Militer di Jakarta. Ia langsung dibebaskan begitu Soeharto menjabat sebagai presiden.***

Editor: Tri Widiyanti

Tags

Terkini

Terpopuler