Hal ini dapat terjadi karena, dalam ChatGPT, teknologi tersebut akan merekam setiap percakapan, yang diketahui akan digunakan untuk pengembangan AI.
Pengguna baru bisa memilih keluar atau menghapus percakapan mereka dari sistem ini, setelah menunggu selama 30 hari.
Saran dari ChatGPT, juga dapat disalah artikan oleh seseorang yang sedang mencari bantuan, dan justru bisa semakin memperburuk keadaan.
Maka dari itu, para ahli termasuk Arnow masih skeptis soal jawaban, dari pertanyaan apakah AI aman digunakan untuk terapi kesehatan mental.
Meskipun demikian, Williams mengatakan bahwa ChatGPT punya potensi, untuk bisa dimanfaatkan sebagai tambahan terapi.
AI atau ChatGPT dapat dimanfaatkan sebagai pendukung atau pelengkap pekerjaan para penyedia layanan kesehatan mental profesional, tambah Williams.
Untuk saat ini, ucap Williams, AI atau Chat GPT bisa diandalkan untuk memutuskan apakah seseorang memerlukan bantuan atau diagnosa lebih lanjut oleh tenaga kesehatan mental profesional.***
Baca Juga: Peneliti Sebut ChatGPT Digunakan Pria Untuk Menipu Pasangan di Aplikasi Kencan