Fenomena Unik Jepang 'Hikikomori', Mengurung Diri di Rumah Tanpa Keluar Selama Bertahun-tahun

- 3 April 2021, 13:12 WIB
Kazuma merupakah tokoh fiktif dari anime Konosuba yang digambarkan sebagai Hikikomori
Kazuma merupakah tokoh fiktif dari anime Konosuba yang digambarkan sebagai Hikikomori /Tangkap Layar line.17qq

RINGTIMES BALI – Meskipun Jepang merupakan negara maju, namun mereka memiliki masalahnya sendiri yakni lebih dari satu juta anak muda di Jepang diperkirakan mengurung diri dirumah.

Hal itu disebut dengan hikikomori yang digunakan untuk menggambarkan seorang anak muda yang menarik diri mereka dari kehidupan bermasyarakat.

Istilah ini pertama kali digunakan di tahun 90-an oleh seorang Psikiater bernama Tamaki Saito. Ia mendefinisikan bila hikikomori merupakan sebuah masalah yang bermula di akhir tahun dua puluhan yang mengakibatkan seseorang mengurung diri dan tidak berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat.

Baca Juga: Gunung 'Mematikan' di Jepang, Memakan Lebih dari 805 Pendaki

Baca Juga: Demi Kartu Pokemon dan Yugi Oh, Seorang Pria Nekat Menaiki Gedung Tinggi di Jepang

Selain itu, Tamaki juga menjelaskan seorang hikikomori akan cenderung mengurung diri selama enam bulan atau lebih, namun tidak ditemukan permasalahan psikologis lain.

Dilansir Ringtimesbali.com dari situs Info Japan menjelaskan bila baru-baru ini mereka mengusulkan untuk memberikan enam kriteria ketika orang disebut hikikomori.

  1. Menghabiskan sebagian besar hari dan hampir setiap hari terkurung di rumah / kamar seseorang.
  2. Menghindari situasi sosial yang ditandai dan terus-menerus.
  3. Gejala yang secara signifikan mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau akademis), atau aktivitas atau hubungan sosial orang tersebut.
  4. Menganggap penarikan diri sebagai ego-syntonic.
  5. Durasi minimal enam bulan.
  6. Tidak ada gangguan mental lain yang menyebabkan penarikan dan penghindaran sosial.

Alasan dan bagaimana hikikomori terjadi

Seorang hikikomori bermana Hide menceritakan awal mula menjadi hikikomori dimulai dari masalahnya ketika berhenti bersekolah.

Baca Juga: 4 Kebiasaan Pria Asing yang Membuat Perempuan Jepang Kaget

Baca Juga: 6 Jenis Lamaran yang Diterima Gadis Jepang, Orangtua Wajib Ikut Terlibat

“Saya mulai menyalahkan diri sendiri dan orang tua saya juga menyalahkan saya karena tidak sekolah. Tekanan mulai meningkat. Kemudian secara bertahap, saya menjadi takut keluar secara umum dan takut bertemu orang. Dan kemudian saya tidak bisa keluar dari rumah saya,” tuturnya.

Hide pun sedikit demi sedikit mulai memutus komunikasinya dengan teman-temannya dan kepada orang tuanya. Selama dirumah, Hide menghabiskan waktu sepanjang hari untuk menonton TV demi tidak bertemu kedua orang tuanya.

“Saya memiliki semua jenis emosi negatif di dalam diri saya. Keinginan untuk keluar, kemarahan terhadap masyarakat dan orang tua saya, kesedihan karena memiliki kondisi ini, ketakutan tentang apa yang akan terjadi di masa depan dan kecemburuan terhadap orang-orang yang menjalani kehidupan normal,” jelasnya.

Sementara itu, kasus yang paling ekstrem pernah terjadi di Jepang, dimana beberapa hikikomori mengurung diri mereka selama bertahun-tahun lamanya.

Baca Juga: 6 Kalimat Sederhana yang Membuat Gadis Jepang Tertarik Padamu

Seringkali hikikomori dimulai sebagai sebuah penolakan sekolah, atau futōkō (不 登 校) dalam bahasa Jepang.

Salah satu penyebab terjadinya hikikomori adalah reputasi seseorang di komunitas tertentu dan sering mengalami tekanan yang mereka rasakan demi membuat orang lain terkesan.

Fenomena hikikomori masih terus diteliti dan dibandingkan dengan penarikan diri dari masyarakat di negara lain untuk mengukur apakah benar-benar endemik di Jepang atau masalah global yang lebih besar.

Meski hikikomori sudah lazim di Jepang, ada kekhawatiran bahwa pandemi COVID-19 dapat mendorong lebih banyak orang ke dalam isolasi.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: jpninfo.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x