Wow! Jalani Hidup Tanpa Pakai Sabun Lima Tahun, Dokter di AS Ini Tetap Bau Seperti Manusia

29 Juli 2020, 12:57 WIB
DOKTER sekaligus dosen Sekolah Kedokteran Yale, James Hamblin mengaku sudah tak mandi dengan sabun selama lima tahun terakhir.* /Kolase Instagram/jameshamblin dan pixabay /

RINGTIMES BALI - Di saat banyak orang tergila-gila dengan berbagai macam sabun dan perawatan kulit, ternyata ada pula yang berusaha menghindarinya.

Seorang dokter sekaligus dosen Sekolah Kedokteran Universitas Yale di New Haven, Connecticut, Amerika Serikat (AS) sudah tidak memakainya selama lima tahun.

Namun, lelaki itu hanya menghindari sabun mandi dan perawatan wajah. Ia tetap menyarankan masyarakat menggunakan sabun kala mencuci tangan, apalagi di masa pandemi Covid-19.

Baca Juga: [Update Corona Dunia] Amerika Positif Tembus Hampir 5 Juta, Indonesia Lampaui Tiongkok

Pria bernama James Hamblin (37) ini mengaku banyak orang yang merasa jijik saat tahu kebiasaannya itu.

"Ini adalah satu dari sebagian orang yang kuingat merasa baik-baik saja berkata pada seseorang bahwa mereka itu menjijikan. Jujur, bagiku itu luar biasa," tuturnya.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-rakyat.com dengan judul "Dokter AS Tidak Mandi Pakai Sabun Selama Lima Tahun, Pacarnya: Bau Dia seperti Manusia" yang dikutip Pikiran-Rakyat.com dari The Guardian.

Baca Juga: Astaga, Ratusan Guru Marah dan Berkumpul atas Postingan Akun Facebook Dede Iskandar

Terlepas dari penilaian orang lain, James mengaku dirinya bukanlah orang yang benar-benar higienis.

Kendati demikian, ia sudah rajin mencuci tangannya dengan sabun jauh sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia.

Uniknya, pria yang juga menulis konten kesehatan dan pengisi podcast majalah AS The Atlantic itu terlihat sangat awet muda dibanding lelaki sepantarannya.

Baca Juga: Tak Mau Disudutkan, Polisi : Fakta Yodi Prabowo Tes HIV di RSCM

James sendiri tak mendadak mencoret sabun dari dalam daftar alat mandinya.

Ia menguranginya secara perlahan-lahan sejak dirinya mengejar karir sebagai penulis.

Ketika itu, James pindah dari California ke Brookly, New York dan perlu mengirit banyak hal, mulai dari uang, waktu, tenaga, hingga ruang di dalam apartemen.

Baca Juga: Ini Lima Wilayah DKI Jakarta yang Berisiko Tinggi Penularan Covid-19

"Saya mulai belajar mengenai ilmu mikrobioma baru dan memutuskan untuk mencobanya sedikit demi sedikit," ungkapnya.

Mikrobioma adalah triliunan mikroba yang hidup bersimbiosis di dalam kulit dan isi perut manusia.

Para ahli mikrobiologi sendiri akhir-akhir ini mendapati makhluk hidup tersebut ternyata punya peran penting dalam hidup kita.

Baca Juga: Muncul Pasangan Tukang Jahit dan Ketua RW , Siap jadi Rival Gibran Rakabuming di Pilkada Solo

Salah satunya ialah dalam sistem imunitas tubuh kita. Mikroba tersebut bisa melindungi manusia dari patogen seperti virus dan bakteri.

Dengan begitu, manusia lebih jarang terkena penyakit autoimun seperti eksim.

Sabun sendiri dianggap mematikan bagi mikroba karena menghilangkan minyak kulit yang menjadi makanan mereka.

Baca Juga: Perahu Rombongan 'Pemedek' Dihantam Gelombang Keras di Pulau Menjangan, Satu Orang Meninggal

James yang telah menjalani lima tahun kehidupan tanpa sabun pun merasakan dampak positifnya. Kunci kesuksesannya ialah 'perubahan yang perlahan'.

"Kulit saya pelan-pelan tak begitu berminyak dan saya semakin sedikit mengalami eksim. Saya tak wangi seperti pohon pinus atau lavender, tetapi juga tidak bau ketek yang seperti bawang," kata James.

"Bau dia seperti manusia," imbuh pacarnya.***(Mahbub Ridhoo Maulaa/Pikiran-rakyat.com)

 

 

 

 

 

Editor: Triwidiyanti Prasetiyo

Sumber: The Guardian Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler