250 Paus dan 35 Lumba-Lumba Dibantai, Lautan Denmark Menjadi Merah Darah

21 Juli 2020, 10:00 WIB
Tradisi pembantaian mamalia laut di Kepulauan Faroe, Denmark. /AFP/

RINGTIMES BALI - Laut menjadi merah akibat tradisi perburuan ikan paus dibuka kembali oleh pemerintah setempat laut di Kepulauan Faroe, Denmark

Ada sekitar 250 ikan paus da lumba-lumba di lepas pantai kepulauan itu, laporan dari lembaga lingkungan setempat

Tradisi ini terus dilakukan meskipun di masa pandemi virus corona, sehingga Para aktivis lingkungan menyuarakan penolakan terhadap tradisi yang telah berlangsung selama 1.000 tahun.

Baca Juga: Hacker Menyerang 130 Akun Twitter, Serangan Terbesar Dalam Sejarah

Berita ini sebelumnya telah terbit di pikiranrakyat.com dengan judul Di Tengah Pandemi Covid-19, Laut Denmark Berubah Merah Usai 250 Paus 'Dibantai' karena Tradisi

Tradisi ini diizinkan oleh Jacob Vestergaard selaku menteri perikanan di Kepulauan Faroe, meskipun ia juga mengingatkan jarak sosial untuk menghindari penularan virus corona.

Tradisi musim panas yang disebut Grindadrap adalah budaya yang paling diandalkan di kepulauan tersebut. Sebuah wilayah otonom di Denmark, di Kepulauan Atlantik Utara.

Dalam tradisinya, para nelayan mengelilingi mamalia laut itu dengan perahu, lalu membunuhnya dengan pisau dan mengubah warna laut menjadi merah.

Baca Juga: Tidak Pandang Bului, Biar Pun Teman, Ungkap Kasus Djoko Tjandra

Tradisi itu telah menuai banyak kritik dan kecaman dengan menyebut sebagai praktik gila dari LSM Lingkungan Sea Shepherd namun masih terus dilakukan sampai sekarang.

Foto-foto yang dibagikan oleh kelompok kampanye Sea Shepherd menunjukkan para pemburu di dalam air membantai paus.

"Ini adalah perburuan Grindadrap terorganisir pertama di tahun 2020, daging dari perburuan didistribusikan ke 70 peserta perburuan dari kapal yang mereka gunakan untuk membunuh," kata Sea Shepherd.

Baca Juga: India dan Nepal Diterjang Banjir dan Longsor 4 juta Warga Mengungsi

Pemerintah Kepulauan Faroe membela praktik perburuan paus tersebut dan mengklaim sebagai tradisi berkelanjutan dan diatur negara.

Pemerintah setempat juga mengatakan ada 800 perburuan paus pilot per tahunnya dengan populasi keseluruhan sekitar 100.000 yang berenang di Kepulauan Faroe.

Selain itu, mereka juga menekankan bahwa paus pilot bukanlah spesies yang terancam punah. Perburuan hanyalah budaya festival dan cara menyediakan makanan bagi masyarakat setempat.

Baca Juga: Bayi Ini Sembuh Covid, Kasihan Kini Neneknya Positif Terpapar

Blue Planet Society mengutuk tradisi itu dan menyebut hewan mamalia itu dibantai secara brutal dan kejam.***(Julkifli Sinuhaji/pikiranrakyat.com)

Editor: I Dewa Putu Darmada

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler