Fakta Unik, Jepang Membuat Cokelat Daur Ulang dari Sampah Sisa Makanan

26 Maret 2021, 08:07 WIB
Cokelar 'Re:You' terbuat dari sampah sisa makanan Jepang. /Dok. Grapee .jp

RINGTIMES BALI – Jepang mengeluarkan produk cokelat yang ramah lingkungan, dibuat dari bahan sisa dari pembuatan cokelat.

Sebuah perusahaan ventura Jepang, Loss Zero yang berfokus pada pencegahan dan pengurangan limbah makanan membuat jalur distribusi pertama di Jepang dalam mengupayakan bahan-bahan cokelat yang tidak terpakai.

Dengan memanfaatkan pengolahan limbah makanan yang baik, perusahaan tersebut mampu mengambil pendekatan dua arah.

Baca Juga: Belanda Libatkan 1500 Orang dalam Uji Coba Festival di Masa Pandemi Covid 19

Baca Juga: Universal Studio Jepang Resmikan Wahana 'Super Mario', Pengunjung Membludak

Dimana mereka turut andil dalam mencegah kehilangan makanan sebelum hal itu terjadi. Serta, menyediakan makanan, ketika hal itu benar-benar terjadi.

Loss Zero mampu berinovasi dengan menciptakan produk yang ramah lingkungan yakni cokelat “Re:You”.

Cokelat dengan berbahan dari cokelat ruby dan cokelat hitam ini, tersedia dalam dua varian. Keduanya dijual dengan harga 3.000 Yen atau sekitar Rp400 ribu.

Baca Juga: Perusahaan Jepang Berikan Cuti Berbayar Bagi Karyawannya yang Wota

Baca Juga: Kondisi Jepang Pasca Gempa 6,9 SR, 200 Rumah Tanpa Listrik hingga Video Detik-detik Gempa

Dalam satu set cokelatnya berisi dua cokelat yang menggunakan toping kacang-kacangan dan buah-buahan kering.

Loss Zero juga menyediakan paket dalam satu set berisi empat cokelat dengan cokelat tanpa toping (polos).

Cokelat tersebut diproduksi oleh Barry Callebaut yang merupakan kolobrasi Loss Zero Jepang dengan Rumah Pembuat Cokelat di Belgia.

Lebih lanjut, hal yang mendasari Loss Zero Jepang untuk menggagas inovasi ini adalah, di Negeri Sakura sendiri terdapat 6,12 juta ton makanan terbuang sia-sia.

Baca Juga: Siswa SMA Jepang Kembangkan Sepeda Berkecapatan dengan 64.966 Km per Jam

Terlebih beberapa tahun terakhir, perhatian besar diberikan termasuk kepada indsutri cokelat itu sendiri.

Ditambah budaya di Jepang yang merayakan Hari Valentine dan White Day dengan cokelat yang membuat para pemroduksi menambah prdokusi mereka.

Alhasil, banyak cokelat yang tidak sampai ke tangan pelanggan, akibat dari meningkatnya distribusi rumah pembuat cokelat ke toko-toko penjual kue dan permen di Jepang.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: Grapee.jp

Tags

Terkini

Terpopuler