Korban Kebakaran Rohingya Bertemu Sang Suami Setelah Dianggap Meninggal, Beberapa Orang Masih Hilang

24 Maret 2021, 21:20 WIB
kebakaran tenda pengungsian Rohingya di Cox'z Bazar, Bangladesh /Twitter.com/@UNHCR_BGD

RINGTIMES BALI – Kebakaran tenda pengungsian Rohingya di Kota Cox’z Bazar yang terjadi pada Senin, 22 Maret 2021 yang membuat sekitar 45.000 orang mengungsi dan 400 orang menghilang.

Dilansir Ringtimesbali.com dari situs Reuters, pencarian kembali dilakukan pada hari Rabu, bertujuan untuk mencari beberapa anggota keluarga yang hilang saat kebakaran terjadi.

Menurut PBB, kebakaran tenda pengungsian Rohingya di Cox’s Bazar yang menewaskan 15 orang dan menyebabkan ratusan orang hilang ini merupakan kebakaran terbesar selama setahun terakhir.

Baca Juga: Ribuan Tenda Pengungsi Rohingya di Bangladesh Habis Terbakar, Warga: Hidup Tanpa Rumah

Baca Juga: Myanmar Memanas, Militer Culik Dokter dan Politisi, hingga Kebakaran di Berbagai Tempat

Baca Juga: Presiden Jokowi Meninjau Vaksinasi Massal Covid-19 ke Pelosok Maluku Utara

Seorang pengungsi, berusia 60 tahun, Ayesha telah berhasil menemukan suaminya yang berusia 85 tahun yang sempat dianggapnya telah meninggal dalam kebakaran tersebut.

Namun, Ayesha dan suami harus menerima keadaan pahit bahwa mereka sudah tidak memiliki tempat tinggal.

“Tidak ada yang tersisa kecuali abu. Rumah kami di Myanmar dibakar, di sini juga kami kehilangan tempat berlindung,” ungkap Ayesha.

Baca Juga: Resep Mudah Membuat Ramen Ichiraku, Makanan Favorit Naruto

Baca Juga: Jelang Pernikahan Nama Atta dan Aurel Belum Masuk di KUA Sawah Besar, 'Kita Keep Dulu, Nanti Juga Tahu'

Ayesha dan suaminya hanya bisa duduk di atas terpal selama lembaga bantuan mendirikan tenda di tempat tenda mereka sebelumnya yang terbakar. Terdapat pula sisa-sisa pipa besi dan dinding pembatas tenda rumah sakit yang dibangun atas dukungan Turki.

Disisi lainnya, terdapat seorang pengungsi lainnya yang berusia 10 tahun, Mohammed Bokheri sedang mencoba mengambil beberapa buku sekolahnya yang sudah setengah terbakar dari dalam rumahnya.

“Saya sangat sedih, semua buku saya rusak,” kata Mohammed.

Diketahui sekitar 1 juta pengungsi Rohingya yang sebelumnya melarikan diri dari Myanmar merasa hanya memiliki sedikit harapan untuk bisa kembali ke sana, lantaran mereka telah ditolak kewarganegaraannya dan mendapat penganiayaan dari beberapa masyarakat Myanmar yang sebagian penduduknya beragama Budha.

Badan pengungsi PBB dan UNHCR, mengatakan bahwa beberapa anak masih belum bertemu dengan orang tua mereka, bahkan tak sedikit juga orang-orang yang mengalami trauma saat mereka melarikan diri akibat serangan bagi pemberontak Rohingya yang dilancarkan militer Myanmar pada 2017.

“Ini adalah situasi yang sangat sulit dan hati kami tertuju pada ribuan pengungsi yang pernah mengalami bencana lain,” kata Pejabat UNHCR, Ita Schuette dalam video yang dilansir Ringtimesbali.com dari akun Twitter @UNHCR_BGD

Diketahui bahwa Bangladesh telah memindahkan sekitar 13.000 pengungsi Rohingya ke pulau Bhasan Char sejak Desember.

Hal ini dilakukan lantaran padatnya tenda-tenda pengungsi Rohingya. Namun, tindakan Bangladesh penolakan dari banyak orang Rohingya.

Salah satunya yaitu dari kelompok bantuan yang mengatakan bahwa pulau tersebut rawan banjir dan memiliki dataran rendah, serta berisiko dilanda badai.

Pernyataan itu kemudian ditepis oleh Bangladesh. Pulau tersebut sudah dibangun perumahan, rumah sakit, tempat perlindungan darurat, dan sudah dibangun pertahanan banjir.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler