RINGTIMES BALI – Lebih dari 14 ribu anak migran saat ini ditahan di tahanan AS lantaran adanya krisis perbatasan wilayah. Joe Biden mengatakan bahwa jumlah pemuda migran ditahan setelah mencoba melintas di perbatasan yang telah ditentukan.
Hingga saat ini Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusia (HHS) dan Patroli perbatasan AS bagi migran illegal yang masih wara wiri sekitar perbatasan.
Wawancara dengan George Stephanopoulos dari ABC yang ditayangkan pada Selasa malam waktu setempat, Biden berusaha meremehkan lonjakan migrasi saat ini.
Baca Juga: Ribuan Pekerja Migran asal Gianyar Sudah Kembali
Baca Juga: Pemkab Buleleng Lakukan Tes Swab Pertama 187 Pekerja Migran Hasilnya Negatif
Namun, meskipun Axios melaporkan pada akhir Februari bahwa sekitar 700 migran di bawah umur ditahan oleh Patroli Perbatasan, angka itu telah melonjak menjadi sekitar 4.500.
Agen Patroli Perbatasan, melarang mereka berbicara di depan umum tentang lonjakan imigrasi yang sedang berlangsung atau membawa wartawan 'ikut serta' untuk menyaksikannya masalah tersebut.
Biden juga mengatakan kepada migran dewasa belum diizinkan masuk ke negara yang telah ditentukan, tetapi pejabat senior itu mengatakan pada hari Kamis akan ada batasan tertentu.
Baca Juga: Krisis Pasokan Oksigen saat Covid-19, Negara di Afrika Semakin Mengkhawatirkan
Baca Juga: Malaysia Ingin Bangun Tembok Perbatasan di Indonesia, Sebut Cegah Imigran Gelap
Terlepas dari penolakan berulang atas setiap krisis perbatasan, kepala Keamanan Dalam Negeri Biden mengakui minggu ini bahwa AS saat ini sedang dalam kecepatan untuk menghadapi lebih banyak individu di perbatasan barat daya daripada yang kita miliki dalam 20 tahun terakhir.
Jadi pada intinya ialah Sekretaris Pers Biden membatalkan sebuah kebijakan imigran dan akan merupakan aturan hukum terkait jumlah imigran legal yang lebih kecil.
Maka dar itu pada tahun ini imigran dilarang masuk ke Negara-negara tertentu. Jika mencoba untuk melintas makapemerintah As akan melakukan penangkapan terhadap migran tersebut baik dari migran dewasa dan anak-ana seluruh negara di dunia.***