Dunia Sedang Menderita Polusi Sampah, Hentikan Penggunaan Limbah Plastik

6 Februari 2021, 16:33 WIB
dunia sedang menderita sampah plastik /Dok. Humas Prov. Bali/

RINGTIMES BALI – Berbagai pihak serta lembaga penelitian dari berbagai negara siap untuk membantu menyelesaikan permasalahan sampah plastik yang ada di Indonesia. Namun, masalah plastik adalah masalah global yang butuh perhatian dunia.

Seorang peneliti dari Lembaga Sains CSIRO Australia, Britta Denise Hardesty mengatakan bahwa dia siap untuk membantu mengurangi polusi yang ada di lingkungan Indonesia.

“Ini bukan hanya tentang berapa banyak yang diproduksi setiap tahun, tetapi berapa banyak yang telah diproduksi secara total. Kalaupun kita 20 persen lebih baik dalam menangani sampah plastik, masih ada 30 persen dari masalah warisan sampah bertahun-tahun lalu” ujar Denise.

Baca Juga: Niat Foto Pre Wedding di Pantai Bali, Ternyata Penuh Sampah

Tiza Mafira seorang direktur eksekutif Diet Kantong Plastik Indonesia yang merupakan kelompok advokasi lingkungan di Jakarta.

Tiza menegaskan bahwa Jawa bukanlah salah satu penyebab besarnya polusi plastik di Indonesia.

“Mereka mengatakan bahwa sampah berasal dari Jawa, berdasarkan merek yang terlihat pada gelas plastik yang tidak dijual di Bali. Tetapi setiap pejabat di Bali mengantisipasi lonjakan limbah dari sungai ke laut, meski tidak ada data untuk membuktikannya” ujar Tiza.

Baca Juga: Pantai Kedonganan Bali Dipenuhi Sampah Kiriman

Tiza juga menegaskan bahwa keberadaan data sangatlah penting untuk melakukan aksi terhadap masalah sampah yang ada.

Tidak adanya data membuat masalah tersebut susah ditangani.

Polusi laut adalah masalah yang terjadi hampir di seluruh dunia.

Baca Juga: Waduh! Patung Trump Dipindah ke Tempat Sampah, Aksi Simbolik Jelang Pemilihan Presiden AS

Hawaii dan California adalah contoh negara yang memiliki arus laut bercampur adukan sampah sebesar negara bagian Texas di Amerika Serikat.

Menurut penelitian di tahun 2018 oleh Ocean Cleanup Foundation, faktanya tidak ada satu mil persegi pun di permukaan laut (Bumi) yang bebas plastik.

Masalahnya, fakta bahwa polusi laut yang terjadi di dunia akan terlihat parah di negara kepulauan seperti Indonesia.

Baca Juga: Polusi Udara Berpotensi Mematikan, Berikut Penjelasan Ahli

Selain itu, dipandang dari sudut produksi, Amerika Serikat dengan kekayaannya bisa menjadi pengekspor sampah karena bisnisnya yang besar juga.

China pernah membuat kebijakan untuk mengurangi sampah dan limbah.

Tahun 2018, China melarang impor 24 jenis bahan limba yang sebagaian besar perdagangan mereka beralih ke negara-negara di Asia Tenggara seperti Indonesia.

Baca Juga: Mendadak Makan Sampah, Burung Kuntul Dianggap Dapat Membaca Fenomena Alam

Dikutip dari Aljazeera, pada tahun 2019, Indonesia mengembalikan 547 kontainer pengiriman kertas bekas yang ditemukan mengandung plastik terlalu banyak.

547 kontainer tersebut dikembalikan ke Eropa, China, Selandia Baru, dan Australia.

Pada bulan desember 2020, Australia membuat kebijakan penting dalam ekspor limbah. Pearangan ekspor limbah sebelum diproses ke luar negeri.

Baca Juga: Ampuh Membersihkan Udara, 9 Tanaman Hias Ini Bisa Jadi Pilihan Dekorasi Rumah Anda

Aturan yang dibuat Australia merupakan langkah penting dalam mengurangi pengedaran sampah plastik di dunia. Setidaknya beberapa negara yang memiliki kerja sama bisnis dengan mereka bisa lebih tenang terkait dugaan sampah.

Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Internasional menegaskan bahwa ekspor plastik ke negara berkembang perlu untuk diblokir.

Kerjasama antara berbagai negara perlu untuk mengimbangi negara-negara yang sudah mempunyai kebijakan terkait limbah atau sampah.

Baca Juga: Program Tukar Sampah Plastik dengan Beras di Gianyar Diharapkan Diadopsi Pemerintah

Perjanjian secara hukum internasional juga akan dibuat untuk mengatasi pencemaran plastik di laut.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler