Dia masih penasaran dengan meriam itu. Segala upaya masih terus dia coba meskipun belum mendatangkan hasil.
Niat Encik Nuh untuk memindahkan meriam itu pun lebih kuat daripada sebelumnya, yang sekadar ingin membersihkan pekarangan dari meriam itu.
Encik Nuh pun sebenarnya merasa malu karena sebagai suami dan seorang keturunan keluarga kesultanan, dia tidak bisa memindahkan sebuah meriam.
Karena itulah, Encik Nuh bertekad untuk menunjukkan bahwa dia mampu untuk memindahkan meriam itu dengan berbagai cara dan upaya.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan pun berganti bulan. Usaha Encik Nuh untuk memindahkan meriam itu masih belum membuahkan hasil.
Encik Walek pun semakin sering menasihati suaminya.
Baca Juga: Sejarah Penemuan Rudal, Senjata Paling Mematikan di Dunia
Encik Walek melihat bahwa masalah memindahkan meriam itu mulai memengaruhi hubungan mereka berdua, bahkan juga hubungan antara Encik Nuh dan tetangga sekitar.
Memang Encik Nuh tidak merepotkan mereka untuk mengangkat meriam, tetapi hubungan antara Encik Nuh dan para tetangga semakin renggang.
Karena sibuk mencari cara untuk mengangkat meriam itu, Encik Nuh pun mengurangi waktu dan semakin jarang untuk menemui tetangga.