Robinhood dan Investor Ritel Tingkatkan Pasar Saham, 4 Kepala Bank Amerika Beri Komentar

9 Februari 2021, 09:30 WIB
Robinhood dan Investor Ritel dikabarkan meingkatkan pasar saham Amerika Serikat. /PIXABAY/Gerd Altmann

RINGTIMES BALI – Beberapa minggu terakhir, investor ritel yang masuk ke pasar saham melalui platform bisnis aplikasi yaitu Robinhood telah menjadi berita utama.

Robinhood merupakan sebuah perusahaan layanan bisnis dari Amerika yang terdaftar di Komisi Sekuritas serta merupakan anggota perusahaan perlindungan investor sekuritas.

Akibatnya, pasar saham mengalami peningkatan hingga 4 kepala Bank Amerika memberikan komentarnya terkait fenomena ini.

Baca Juga: Ketahui Langkah Awal Investasi Saham yang Benar Bagi Pemula

Dilansir Ringtimesbali.com pada website businessinsider.com, Goldman Sachs yang merupakan bank dari Amerika Serikat menunjuk 4 kepalanya seorang pakar pasar terkemuka untuk memberikan tanggapan melalui sebuah podcast.

Empat pakar tersebut adalah, John Marshall selaku kepala penelitian derivatif di Goldman Sachs, Greg Tuorto selaku manajer portfolio manajemen aset Goldman Sachs.

Kemudian ada Raj Mahajan selaku kepala global perdagangan sistematis divisi pasar global, dan Elizabeth Reed dari meja sindikat pasar modal ekuitas dari divisi investasi perbankan.

Baca Juga: Pasca Bank Syariah Indonesia Diresmikan, BRIS Langsung Masuk Kategori Saham Bluechip

Volume perdagangan ritel melonjak akibat pialang berbasis aplikasi serta bebas komisi mendemokratisasi investasi untuk semua.

John Marshall mengatakan jumlah perdagangan untuk broker online sejak tahun 2019 meningkat tiga kali lipat.

Sekitar 20-25 persen dari nilai perdagangan pasar rata-rata perhari disumbangkan oleh investor ritel. Menurut Marshall, partisipasi meningkat memang karena partisipan dari investor ritel.

“Sejak setahun terakhir pasar saham mengalami pergolakan, sifat pandemi telah mendorong beberapa perusahaan untuk berkembang dan bangkrut,” ucap Marshall.

Baca Juga: Simak 5 Kesalahan Investor Saham Pemula yang Sering Dilakukan

Greg Tuorto menanggapi dari sisi perbedaan antara investor ritel dengan institusi. Menurutnya investor ritel lebih melihat pada kesetaraan harga dan itu sedikit berbeda dari yang dilakukan pihak institusi.

“Saya pikir anda tahu, bahwa kami lebih fokus kepada hasil pendapatan dan arus kas bebas perusahaan serta apa yang bisa kita modelkan. Dan saya pikir bahwa anda tahu, terkadang saat kami  melihat sesuatu yang dibiarkan mati, beberapa dari nama yang telah ada, maka akan kami tinggalkan,” ucapnya.

“Kami tidak terlalu memperhatikannya. Dan saya pikir bagi mereka bahwa itu adalah sebuah kesempatan,” lanjut Tuorto.

Baca Juga: Tingkatkan Daya Saing UMKM, Pemerintah Menggandeng Asosiasi Fintech Indonesia

Raj Mahajan, menanggapi dampak hedge fund yang mengikuti strategi jangka pendek. Menurutnya, minggu lalu merupakan sejarah sebab volume aktivitas di sekitar short-covering terlihat cukup signifikan.

Namun, ia mempelajari bahwa minggu lalu model risiko tidak mempertimbangkan 10 kali atau 20 kali pergerakan dalam jangka pendek melawan hedge fund.

Sedangkan Elizabeth Reed mengatakan bahwa, Januari 2021 adalah yang terbesar dalam sejarah untuk penawaran ekuitas pasar modal yaitu 129 miliar US Dollar.

Baca Juga: 9 Produk Fintech yang Bisa Kamu Jadikan Referensi, Pastikan Terdaftar dan Diawasi OJK

Di Amerika mencetak  penerbitan sebanyak 63 miliar US Dolar. Investor ritel terus memenuhi permintaan penawaran edisi baru.

Hal ini berdasarkan volume absolut yang dikeluarkan, dinamika harga, serta rata-rata kinerja pasar setelahnya.

Menurut pandangan Elizabeth, investor ritel sudah menjadi bagian yang semakin penting dalam pasar saham, khususnya di tahun 2020.

Baca Juga: 4 Jenis Fintech yang Wajib Kamu Ketahui

Harapan mereka khususnya Divisi Investasi Perbankan, aktivitas investor ritel bisa lebih aktif di tahun 2021.***

 

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: Business Insider

Tags

Terkini

Terpopuler