ByteDance Pemilik TikTok Kembangkan Aplikasi Mirip Clubhouse

- 7 Maret 2021, 11:15 WIB
ByteDance tengah mengembangkan aplikasi  mirip Clubhouse
ByteDance tengah mengembangkan aplikasi mirip Clubhouse /Dok. theedgemarkets.com

RINGTIMES BALI – Seakan tidak ingin kalah dengan Amerika Serikat, China melalui perusahaan pemilik TikTok, ByteDance tengah mengembangkan aplikasi mirip Clubhouse.

Pengembangan tersebut dinilai ketika aplikasi Clubhouse yang memberikan layanan obrolan audio berbasis di Amerika Serikat sukses mendunia.

Diketahui bila, pihak pemerintah China telah memblokir akses aplikasi Clubhouse yang dimiliki Amerika Serikat di China pada awal Februari kemarin.

Baca Juga: Whatsapp Punya Fitur Baru, Bisa Lakukan Panggilan Suara dan Video dari Komputer

Setidaknya selusin aplikasi serupa telah diluncurkan dalam sebulan terakhir. Clubhouse telah melihat lonjakan pengguna yang berpartisipasi dalam diskusi tentang topik sensitif seperti kamp penahanan Xinjiang dan kemerdekaan Hong Kong.

Dilansir Ringtimesbali.com dari Reuters menyebutkan bila rencana ByteDance masih berada dalam tahap awal.

Diskusi tentang TikTok dan ByteDance di Clubhouse telah memicu minat terhadap genre tersebut dari para eksekutif ByteDance termasuk CEO Zhang Yiming.

Baca Juga: 10 Game dan Fitur Tersembunyi di Search Engine Google

Berkat diskusi antara Ketua Eksekutif Tesla Inc Elon Musk dan CEO Robinhood Vlad Tenev mampu meningkatkan jumlah pengguna dari aplikasi berbasis layanan audio tersebut.

Keberhasilan Clubhouse, yang dapat menampung hingga 8.000 orang per ruang obrolan, telah mengungkap potensi layanan obrolan audio.

Namun, aplikasi serupa di China diharapkan memiliki karakteristik China yang akan mengakomodasi sensor dan pengawasan pemerintah.

Baca Juga: 14 Rekomendasi Aplikasi Manajemen Stres Guna Meningkatkan Imunitas Tubuh

Aplikasi ini membutuhkan registrasi nama asli, yang menurut CEO Lizhi, Marco Lai, adalah kunci di China. 

Nantinya perusahaan-perusahaan streaming langsung audio di China akan mempekerjakan staf mereka untuk mendengarkan percakapan di setiap ruangan dan menggunakan alat kecerdasan buatan (AI) untuk menyingkirkan konten yang "tidak pantas", seperti pornografi atau masalah yang sensitif secara politik.

Juru bicara Lizhi mengatakan Zhiya menggunakan manusia serta alat AI untuk mengatur percakapan publik di platform tersebut.

Baca Juga: Kabar Rencana Pengembangan Paket Baterai Magnetik untuk iPhone

Kemudian, Lai Lizhi mengatakan di luar politik akan ada banyak ruang untuk aplikasi dengan basi obrolan audio di China.

"Orang dewasa di China tidak suka mengungkapkan pandangan mereka di depan umum, kami telah diajarkan untuk tetap rendah hati sejak kami masih muda," katanya. 

"Namun, pendekatan yang baik di China adalah hiburan, Anda mengundang semua orang untuk bersenang-senang." tambah Lizhi.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x