Sejarah Penanggalan Kalender Bali, Berbeda dengan Lainnya

- 27 Mei 2021, 21:45 WIB
Ilustrasi penggunaan Kalender Bali dalam hari raya di Bali
Ilustrasi penggunaan Kalender Bali dalam hari raya di Bali /PEXELS/Artem Beliaikin

RINGTIMES BALI – Kalender atau penanggalan Bali merupakan hal yang penting dan selalu melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali.

Berbeda dengan kalender pada umumnya, penanggalan Bali adalah penanggalan "konvensi", tidak astronomis seperti penanggalan Islam, tidak pula aritmatis seperti penanggalan Jawa, tetapi 'kira-kira' ada di antara keduanya.

Dikutip Ringtimesbali.com dari Babad Bali, penanggalan Bali mirip penanggalan luni-solar. Berdasarkan posisi matahari dan sekaligus bulan.

Baca Juga: Rare Angon, Identik dengan Tradisi 'Melayangan' di Bali

Disebut sebagai konvensi atau kompromistis, sebab kalender Bali masih terus diperbicangkan bagaimana cara perhitungannya.

Pada perjalannnya Kalender Bali sempat menerapkan beberapa cara perhitungan seperti sistem Nampih Sasih kemudian kembali ke cara sebelumnya Malamasa.

Dalam penanggalan Bali telah disepakati bahwa 1 hari candra = 1 hari surya. Kenyataannya 1 hari candra tidak sama dengan panjang dari 1 hari surya.

Baca Juga: Mengenal Tradisi 'Melayangan' asal Bali

Untuk itu setiap 63 hari (9 wuku) ditetapkan satu hari-surya yang nilainya sama dengan dua hari-candra, perhitungan tersebut disebut dengan pangunalatri.

Dalam 1 bulan candra atau sasih telah disepakati bahwa terdapat 30 hari yang terdiri atas 15 hari menjelang purnama disebut penanggal atau suklapaksa, diikuti dengan 15 hari menjelang bulan baru (tilem) disebut panglong atau kresnakapsa.

Selanjutnya penanggalan tersebut ditulis pada 1 bulan hingga 15 purnama. Dalam kalender cetak, bulan purnama ditulis dengan berwarna merah.

Setelah purnama, kembali siklus diulang dari angka 1 pada sehari setelah purnama sampai 15 pada bulan mati (tilem) menggunakan warna hitam.

Baca Juga: Pemprov Bali Pastikan Tidak Ada Lulusan SMP Tercecer pada PPDB 2021

Dalam perhitungan matematis, untuk membedakan warna, sering dipakai titi. Titi merupaka sebuah angka bersifat berurutan dimulai dari 1 yakni bulan baru hingga 30 pada bulan mati.

Angka 1 sampai 15 mewakili angka merah atau penanggal, 16 sampai 30 mewakili angka 1 sampai 15 angka berwarna hitam atau panglong.

Selanjutnya bulan surya tidak memiliki panjang yang sama dengan sasih (bulan candra), karena sifatnya yang flutuatif dan bergantung pada jarak bulan dengan bumi dalam orbit elipsnya.

Hal itu membuat jumlah tahun surya lebih panjang kira-kira 11 hari dari tahun candra. Demi menyelaraskan hal tersebut, tiap 3 tahun candra akan disisipkan satu sasih tambahan. setiap kira-kira 3 tahun candra disisipkan satu sasih tambahan.

Baca Juga: Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 'Super Blood Moon', Berikut Waktu Melihat untuk Daerah Bali

Dalam perjalanannya, penamambahan sasih tersebut bersifat rancu, karena sepatutnya awal tahun surya jatuh pada paruh-akhir sasih keenam (Kanem) atau paruh-awal sasih ketujuh (Kapitu), sehingga tahun baru Saka (hari raya Nyepi) selalu jatuh di sekitar paruh-akhir bulan Maret sampai paruh-awal bulan April.

Pada kalender Bali, setiap awal tahun diperingati sebagai hari raya Nyepi yang jatuh pada sasih kesepuluh (Kadasa) penanggal 1, yaitu 1 hari setelah bulan mati (tilem).

Pada tahun 1993, Hari raya Nyepi jatuh pada penanggal 2, diundur 1 hari, karena penanggal 1 bertepatan dengan pangunalatri dengan panglong 15 sasih Kasanga.

Sejak hari raya Nyepi, angka tahun Saka bertambah 1 tahun. Menjadi angka tahun surya Masehi dikurangi 78. Dengan demikian sasih- sasih sebelum itu berangka tahun Masehi minus 79.

Baca Juga: Pemkab Jembrana Jadikan Desa Candikusuma sebagai Kampung Kerapu

Banyak piodalan pura di Bali ditetapkan menurut kalender Saka. Beberapa hari suci juga berdasarkan tahun Saka, misalnya Hari Raya Nyepi dan Hari Suci Siwaratri.

Selain itu, dalam mencari hari baik (Dewasa Ayu) untuk berbagai keperluan pertanian dan industri juga sangat bergantung kepada tahun Saka, karena tahun Saka erat kaitannya dengan perjalanan musim.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: Babad Bali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x