Arak-arakan Blora Disambut Meriah, Ulik Sejarah dari Kesenian Tradisional Bujang Ganong dan Reog Ponorogo

4 Februari 2023, 16:20 WIB
Kesenian Barong Jawa Tengah. /blorakab.go.id

RINGTIMES BALI - Video arak-arakan yang menampilkan remaja-remaja Blora dengan antusias mengenakan pakaian adat dan menampilkan Bujang Ganong beserta Reog Ponorogo pada Sabtu 4 Februari 2023 di Kanal YouTube Saminisme Channel.

Seorang remaja yang duduk di atas kuda cokelat membuka arak-arakan Barongan Blora Bujang Ganong dan Reog Ponorogo ini dengan kuda delman putih yang mengikutinya, di belakang sudah ada rombongan remaja dengan berbagai kostum adat yang mengiringi.

Terlihat canda tawa masyarakat yang ikut bahagia menonton pertunjukan arak-arakan yang mengelilingi jalan, tampak wanita-wanita berusia muda menaiki kuda lumping barongan dengan riasan cantik dan senyum yang manis.

 

Barongan Blora Bujang Ganong dan Reog Ponorogo sudah sangat populer, terutama Bujang Ganong yang merupakan sosok patih berjiwa kepemimpinan kuat dan memiliki kecerdasan yang sakti.

Dilansir dari website resmi blorakab.go.id, ternyata arak-arakan kesenian ini punya sejarah yang panjang dengan filosofi dan makna yang kuat khususnya tertanam pada karakter bangsa, simak sejarahnya yuk!

Baca Juga: 5 Film Terbaik dan Sukses Karya Manoj Punjabi, Ada KKN di Desa Penari yang Sampai Tayang di Mancanegara

Sejarah Bujang Ganong dan Reog Ponorogo

Grebeg Suro Bumi Reog Ponorogo Resmi Dibuka, Kamis 21 Juli 2022 Instagram @ponorogokab

Blora secara rutin mengadakan lebih banyak Keseniang Barong di antara kabupaten lainnya, seni yang khas ada di Jawa Tengah mencerminkan sikap spontanitas, kekeluargaan, rasa sederhana, kekompakan dan berani mencapai kebenaran. 

Atribut yang digunakan pada kesenian tersebut lengkap seperti Singo Barong tergambar sebagai singa buas atau penguasa hutan angker dan Gembong Amijoyo sebagai harimau besar yang berkuasa.

Budaya ini berbentuk tarian kelompok dengan dominasi Singo Barong dan tokoh-tokoh yang juga tida bisa terpisahkan yaitu Bujangganong atau Pujonggo Anom Joko Lodro, Gendruwo (Pasukan Berkuda) atau reog Noyontoko Untub.

Selain pemain-pemainnya, terdapat musik yang mengiringi seperti Kendang, Gedhuk, Bonang, Saron, Demung dan Kempul, beberapa pementasan juga sering berkolaborasi dengan campur sari.

Baca Juga: Alasan Bagaimana Ideologi ISIS Bisa Masuk ke Indonesia

Iring-iringan kuda sebagai pembuka juga memiliki makna sendiri yaitu berawal dari hikayat Panji atau iring-iringan prajurit berkuda yang mengawal Raden Panji Amarabangun atau Pujonggo Anom beserta Singo Barong.

Pujonggo Anom sebagai utusan karena Prabu Klana Sawandana jatuh cinta dengan Dewi Sekartaji Putri sebagai bangsawan Kediri yang dikawal dengan iringan prajurit berkuda pada saat itu.

Singo Barong yang bertugas menjaga keamanan di wilaya perbatasan menghadang rombongan prajurit Bantarangin, ada 4 prajurit yang ternyata lolos dan melapor kepada Adipati Klana Sawandana.

Berkali-kali utusan datang untuk melamar Dewi Sekar Taji namun banyak rintangan yang menghambat perjalananm ketika Singo Barong takluk, Adipati Klana bertemu dengan Raden Panji yang ingin melamar wanita yang sama, pertempuran terjadi dan Raden Panji menang.

Raden Panji mengutuk Adipati Klana yang tidak bisa merubah wujudnya menjadi manusia (Gembong Amijoyo), semua tunduk kepada tuannya termasuk prajurit berkuda dan Bujangganong yang mengiringi prosesi lamaran menuju Dewi Sekartaji.***

 

Editor: Annisa Fadilla

Tags

Terkini

Terpopuler