Pendidikan Vokasi Kurang Dilirik Masyarakat, Kemendikbudristek Sebutkan Alasannya

- 24 Juni 2023, 21:08 WIB
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kiki Yuliati,
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kiki Yuliati, /Kemendikbud ristek/

RINGTIMES BALI- Direktur jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudriestek) Kiki Yuliati, menjelaskan bahwa ada beberapa alasan dan faktor penyebab kurang diliriknya pendidikan vokasi oleh masyarakat.

Padahal, ucap Kiki, jika dilihat lebih jauh, pendidikan vokasi ini dapat menghasilkan dan menyiapkan lulusan-lulusan yang kompeten di bidangnya, serta relevan dengan kebutuhan industri saat ini.

“Faktor pertama, pendidikan vokasi di SMK dan pendidikan tinggi memberikan praktikum lebih banyak dibanding perguruan tinggi akademik,” ucap Kiki, dikutip dari Antara, Sabtu 24 Juni 2023.

Selain itu, lanjut Kiki, kurangnya investasi dan operasional teknologi di bidang vokasi, yang menjadi salah satu alasan kurang diliriknya jenjang pendidikan satu ini.

Faktor lainnya, dijelaskan Kiki, yaitu paradigma masyarakat yang cenderung mengejar gelar, daripada keterampilan dan sertifikasi kompetensi. Masih banyak masyarakat yang berpikir bahwa ijazah strata 1 adalah yang paling dibutuhkan dalam dunia kerja.

Karena industri di Indonesia kedepannya akan lebih diarahkan ke Industri lapangan kerja, dengan keterampilan menengah hingga tinggi, sehingga Ia menilai bahwa pendidikan vokasi punya peluang besar dibutuhkan di industri.

Menurut Kiki, peran pendidikan vokasi sangat penting guna menghasilkan sumber daya manusia yang terdidik sekaligus terlatih. Hal tersebut karena, lapangan kerja nantinya akan lebih mengutamakan keterampilan.

Maka dari itu, pihak Kemendikbudristek akan berupaya mempersiapkan lulusan pendidikan vokasi dengan kompetensi masa depan yang berkualitas, serta memastikan kompetensi lulusannya relevan dengan kebutuhan industri.

Misalnya, ucap Kiki, jika pada program studi tata boga atau pangan, bisa memilih membuat pangan eksotis yang tentu saja lebih menarik, rendah kalori, dan tinggi serat, sesuai dengan kebutuhan gizi harian.

Halaman:

Editor: Dian Effendi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x