Latar Belakang Terjadinya Pertempuran Lima Hari di Semarang, Hingga Terbunuhnya Dr. Kariadi

24 September 2020, 08:02 WIB
Ilustrasi pertempuran lima hari (wikipedia.org) /


RINGTIMES BALI -
Pertempuran Lima Hari adalah serangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia melawan tentara Jepang di Semarang pada masa transisi kekuasaan ke Belanda yang terjadi pada tanggal 14-19 Oktober 1945.

Latar Belakang penyebab terjadinya pertempuran ini adalah karena larinya tentara Jepang dan tewasnya dr. Kariadi. 

Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu dan dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki.

Baca Juga: Peristiwa Hari Ini: Mengenang Peristiwa Perobekan Bendera Merah Putih di Hotel Yamato Surabaya

Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Peristiwa itu terjadi pada 6 dan 9 Agustus 1945.

Setalah itu pemuda Indonesia memindahkan tawanan Jepang dari Cepiring ke Bulu, dan di tengah jalan mereka kabur dan bergabung dengan pasukan Kidō Butai dibawah pimpinan Jendral Nakamura dan Mayor Kido. Pada saat itu pasukan Kidō Butai berjumlah 2000 orang.

Baca Juga: Sejarah Perjalanan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia

Pada 14 Oktober 1945, sekitar pukul 18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi.

Di hari yang sama juga, tepatnya 06.30 WIB, pemuda mendapatkan intruksi untuk mencegat kendaraan Tentara Jepang.

Kemudian para pemuda di Semarang berhasil menyita mobil sedan dan melucuti senjatanya. Hingga sore, pemuda Indonesia bergerak mencari tentara Jepang dan menjeblokaskannya ke dalam Penjara Bulu.

Baca Juga: Latar Belakang dan Upaya Menumpas Pemberontakan Andi Azis, Ternyata Seorang Mantan Perwira

Saat itu terdengar kabar bahwa Jepang memberi racun ke sumber air "reservoir siranda" dan membawa 8 polisi yang tadinya berjaga di dekat sumber mata air.

Dr Kriadi mendapat telepon dari Rs. Purusara untuk memeriksa kandungan air di Reservoir Siranda.

Dr Kariadi langsung menuju ke sumber mata air tanpa memperhatikan keselamatannya, karena pada saat itu Jepang sedang gencar menyerang rakyat Semarang.

Baca Juga: Latar Belakang Hingga Akhir Pemberontakan PRRI / Permesta di Indonesia, Ada Campur Tangan CIA Juga

Namun, ketika Dr Kariadi menuju Reservoir Siranda, mobil yang ditumpangi Dr Kariadi dihadang tepatnya di Jalan Pandanaran.
Dr Kariadi ditembaki dan akhirnya terbunuh.

Meninggalnya Dr. Kariadi menyebabkan amarah rakyat Semarang menjadi tinggi. Pada 15 Oktober 1945 pukul 03.00 WIB, Mayor Kido memerintahkan 1000 orang tentara Jepang untuk melakukan penyerangan ke pusat kota Semarang.

Baca Juga: Peristiwa Hari Ini, 18 September: Latar Belakang Pemberontakan PKI di Madiun

Pada 17 Oktober 1945 tentara Jepang mengumumkan untuk melakukan genjatan senjata, namun justru Jepang melakukan serangan ke berbagai kampung di Semarang.

Pertempuran itu berlangsung hingga 19 Oktober 2020. Pertempuran itu berhenti ketika Gubernur Jawa Tengah Wongsonegoro dan pimpinan TKR berunding dengan komandan tentara Jepang.

Baca Juga: Lihat Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini untuk Sambut Gajian

Proses gencatan senjata dipercepat, ketika Brigadir Jendral Bethel dan sekutu ikut berunding pada tanggal 20 Oktober 1945. Pasukan sekutu kemudian melucuti senjata dan menawan para tentara Jepang.***

Editor: Tri Widiyanti

Tags

Terkini

Terpopuler