RINGTIMES BALI - Dua Belas Hari mengenang kepergian sosoknya yang sangat memukul hati penikmat karyanya.
Sapardi Djoko Damono adalah seorang Sastrawan, Penyair, Kritikus Sastra sekaligus seorang Dosen.
Di samping itu sosok Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan dari karya yang diciptakan dan sarat akan makna kehidupan
Baca Juga: Penjelasan PHDI Bali, Hare Krisna Dilarang Melakukan Kegiatan di Tempat Umum
Baca Juga: Tak Cairkan Dana Nasabah, LPD Gulingan Dilaporkan ke Polisi
Seakan-akan karyanya mampu menyihir kita sejenak untuk ikut menikmati, mengungkapkan apa yang orang lain rasakan lewat rangkaian sajaknya.
Mengingat kembali, berikut adalah kumpulan puisi fenomenal Sapardi Djoko Damono
- Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
- Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Artikel ini sebelumnya telah terbit di ringtimesbanyuwangi.com dengan judul Telah Meninggal Dunia, Berikut Kumpulan Puisi Fenomenal Karya Sapardi Djoko Damono
- Hatiku Selembar Daun
Hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput
Nanti dulu
biarkan aku sejenak terbaring di sini
ada yang masih ingin kupandang
yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
sebelum kausapu tamanmu setiap pagi
- Yang Fana Adalah Waktu
Yang fana adalah waktu. Kita abadi
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu
Kita abadi
- Kuhentikan Hujan
Kuhentikan hujan
Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan
Ada yang berdenyut dalam diriku
Menembus tanah basah
Dendam yang dihamilkan hujan
Dan cahaya matahari
Tak bisa kutolak
Matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga.*** (Ringtimes Banyuwangi)