Hal ini mungkin terdengar aneh, dan dianggap tidak masuk akal, khususnya di era digital yang sudah canggih seperti sekarang.
Menurut Profesor Dr. Nurhayati Rahman, yang merupakan guru besar Universitas Hasanudin, mengungkapkan bahwa kejadian tersebut lumrah.
Terlebih, untuk orang Bugis dan Makassar. Masyarakat Sulawesi Selatan pun enggan menyebut hewan tersebut dengan buaya.
Mereka, menyebutnya dengan pemilik air atau 'patanna je net' yang merupakan bahasa asli Makassar.***