Kisah Nyata, Aku Hancur karena Pacarku Melakukan Kekerasan Emosional

- 13 April 2021, 07:19 WIB
Wanita yang mengalami pelecehan atau kekerasan secara emosional oleh kekasinya.
Wanita yang mengalami pelecehan atau kekerasan secara emosional oleh kekasinya. /PIXABAY

RINGTIMES BALI - Cerita ini didasarkan pada kisah nyata dari kedua pasangan yang menjalin hubungan asmara dan mengalami masalah.

Keduanya menjalin hubungan selama enam bulan dan si wanita tidak sadar bahwa dirinya telah mendapatkan kekerasan emosional dari kekasihnya.

Wanita bernama Natalie berkencan dengan pria yang dipanggil Aaron seperti yang dilansir Ringtimes Bali dari laman HerWorld.com.

Baca Juga: Kisah Nyata, Aku Menyesal Selingkuh dengan 4 Pria yang Sudah Menikah

Baca Juga: Kisah Nyata, Suamiku Selingkuh Karena Kelainan tapi Aku Tidak Menceraikannya

Di awal hubungan asmara, Natalie mengungkapkan bahwa Aaron merupakan sosok yang baik hati, penuh kasih, dan supportif.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, kekasihnya tersebut berubah dari cara bicaranya hingga cara memperlakukan Natalie.

Natalie tidak menyadari bahwa dirinya telah berada dalam situasi kekerasan emosional yang dialami dirinya.

Baca Juga: Kisah Nyata, Aku Membiarkan Suamiku Selingkuh dan Berujung Penyesalan

Baca Juga: Kisah Nyata, Aku Hamil sehingga Kekasihku Meninggalkan Tunangannya

Kekasih Aaron tersebut mengatakan bahwa dirinya tersiksa ketika bersama pacarnya dan merasa terpukul.

“Setiap kali saya bersama Aaron, harga diri saya selalu terpukul. Dia dengan bercanda akan mengkritik apa yang saya kenakan atau cara saya menata rambut dan riasan saya,” kata Natalie

Komentar Aaron yang dilontarkan kepada Natalie mengenai penampilan begitu menyakitkan dan seharusnya tidak perlu diucapkan.

Meski begitu, Natalie mengabaikannya dan menganggap Aaron hanya mencoba melucu.

“Setiap kali dia membuat lelucon yang meremehkan, saya akan memaksakan senyum tetapi di dalam hati saya akan menangis.” Ungkapnya

Terlepas dari itu, Aaron juga tidak mendukung Natalie dalam bidang pekerjaan yang diminatinya, melainkan justru seakan menjatuhkannya.

“Suatu kali, saya memberi tahu Aaron tentang pekerjaan yang saya minati. Alih-alih mendorong saya untuk melakukannya, dia berkata, 'Akan ada banyak orang yang mencoba untuk posisi itu dan mereka mungkin lebih berkualitas daripada Anda” ujar Natalie

Natalie kesal mendengar hal itu dan bahkan Aaron menyebut kekasihnya termasuk orang yang tidak percaya diri, bukan pekerja keras atau kompetitif.

“Aaron juga sering merendahkanku di depan teman-temanku. Setiap kali kami keluar dalam bersama, dia tidak akan ragu untuk memberi tahu mereka bahwa saya malas, berantakan, tidak teratur dan tidak disiplin.” Ucapnya

Aaron jarang mengeluarkan kata-kata yang positif tentang Natalie di hadapan teman-temannya dan hal itu membuatnya takut.

Namun, Aaron menganggap apa yang dilontarkannya tersebut merupakan lelucon semata.

“Kami banyak berdebat. Saya akan marah setiap kali dia mengkritik saya atau membuat saya merasa buruk tentang diri saya sendiri.” Lanjutnya

Alih-alih meminta maaf, Aaron justru mengabaikan reaksi Natalie dan mengatakan bahwa dia hanya bersikap jujur.

Seiring berjalannya waktu, kata-kata dan perilakunya yang menyakitkan menghilangkan kepercayaan diri Natalie.

Hal itu membuat Natalie ragu dengan dirinya sendiri. Natalie mulai merasa takut dan berhenti menunjukkan betapa kesal dirinya ketika direndahkan.

Natalie berpikir Aaron tetap tidak akan mendukungnya dan justru akan menyalahkannya karena terlalu sensitif.

“Saya tahu bahwa hubungan itu buruk ketika saya mulai menangis sampai tidur di malam hari dan mencari alasan untuk tidak berbicara dengan Aaron,” kata kekasih Aaron itu.

Meski demikian, Natalie masih mencoba bertahan dalam hubungan yang diketahui telah merusak dirinya itu.

“Saya juga menyadari bahwa saya selalu mencari-cari kesalahan pada diri saya sendiri dan bahwa saya akan mengubah perilaku saya untuk menyenangkan dia.” Lanjutnya

Natalie juga tidak bisa menerima kenyataan bahwa Aaron hanya bermain-main dalam hubungan bersamanya.

“Saya juga tidak suka fakta bahwa Aaron suka bermain-main dengan saya. Suatu kali, dia mengatakan kepada saya bahwa saya mungkin tidak akan pernah meninggalkannya karena saya tahu tidak ada pria lain yang menginginkan saya.” Imbuhnya

Butuh waktu lama bagi Natalie bahwa dirinya sedang mengalami kekerasan emosional namun sahabatnya menyadarkannya.

“Sahabatku yang menunjukkan bahwa aku berubah sejak bertemu Aaron. Dia mengatakan kepada saya bahwa saya telah menjadi cemas, pemalu, dan penyendiri,” kata Natalie

Mendengar hal itu, Natalie pun mulai menganggap apa yang dilontarkan temannya itu ada benarnya.

“Teman saya benar. Ini bukanlah hubungan yang sehat dan suportif,” ujarnya

Natalie sadar bahwa dirinya pantas untuk dicintai dan mendapatkan yang lebih baik.

Natalie mengungkapkan memilih putus dengan Aaron tidak mudah. Meski begitu, Natalie harus menerima kenyataan bahwa dia telah dilecehkan secara emosional.

“Tanda-tanda pelecehan emosional biasanya tidak kentara dibandingkan dengan tanda-tanda penganiayaan fisik, tetapi sama menyakitkan, jika tidak, lebih.” Ujar Natalie

“Pelecehan fisik dapat meninggalkan bekas luka di tubuh, tetapi kata-kata kasar dan permainan pikiran manipulatif juga cukup dalam,” imbuhnya

Natalie mengungkapkan jikalau dia tidak berpisah dengan Aaron maka dia akan merugikan dirinya.

Dari kisah tersebut kita dapat belajar bahwa jangan mudah percaya dengan perkataan manis laki-laki di awal hubungan.

Faktanya, banyak hubungan yang manis di awal dan timbul pahit di akhir. Seperti kata pepatah ‘Habis manis sepah dibuang’.

Selain itu, apabila perempuan telah dilecehkan baik fisik maupun secara emosional, berarti lelaki itu tidak benar-benar mencintai wanitanya melainkan hanya berniat untuk main-main saja.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: Herworld


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x