Larangan Menghardik Anak Yatim Dalam Kisah Turunnya Surat Al Maun

25 September 2020, 10:13 WIB
Larangan Menghardik Anak Yatim Dalam Kisah Turunnya Surat Al Maun /

RINGTIMES BALI Surat Al Maun merupakan surat ke-107 dalam Al Quran yang terdiri dari tujuh ayat dan tergolong surat Makkiyah.

Surat Al Maun berisi tentang larangan untuk mendustakan agama dan menghardik anak yatim. Selain itu, juga berisi perintah untuk memberi makan anak-anak yatim.

Meski termasuk surat pendek, ternyata Surat Al Maun memiliki suatu kisah atau asbabun nuzul yang sangat luar biasa pada saat diturunkannya surat ini.

Baca Juga: Ternyata Penuh Nutrisi, Ini Kandungan Dalam Krokot yang Dianggap Rumput Liar

Dikutip dari laman dalamislam.com, berikut kisah atau Asbabun nuzul diturunkannya surat Al Maun dalam Al Quran, sebagaimana dimuat sebelumnya dalam artikel di RINGTIMES BANYUWANGI dengan judul ' Kisah Turunnya Surat Al Maun, Cerita Larangan Menghardik Anak Yatim '

Ababun nuzul Surat Al Maun bermula dari kisah yang diriwayatkan Ibnu Mundzir.

Pada waktu itu, orang-orang munafik gemar memperlihatkan ibadah mereka di hadapan orang lain. Mereka melakukan itu agar dianggap sebagai muslim yang taat.

Baca Juga: Deretan Peristiwa Sejarah di Balik HUT Kota Bandung Hari Ini, 25 September

Akan tetapi, sejatinya mereka penuh dengan kepalsuan belaka. Di samping itu juga, orang-orang munafik enggan mengulurkan bantuan kepada orang miskin dan anak yatim.

Maka lewat Surat Al Maun, Allah SWT mengingatkan kepada umat Islam tentang perilaku orang munafik yang beragama dengan kepalsuan.

Pada ayat pertama surat Al Maun menjelaskan perilaku mereka dengan bentuk kalimat tanya "Tahukah kamu (orang) yang berbuat dusta terhadap agama?”

Baca Juga: Masa Lalu Diungkap, Lidya Pratiwi Kecewa di Penjara 14 Tahun, Aku Jatuh karena Mereka

Kalimat tanya pada ayat pertama Surat Al Maun mengingatkan kalau apa yang ditanyakan menjadi perhatian yang serius

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melontarkan pertanyaan di awal percakapan agar orang yang diajak bicara memperhatikan dengan seksama.

Pertanyaan dalam ayat pertama surat Al Maun itu sebagai pemantik dan stimulus untuk merangsang hati dan pikiran mitra bicara.

Baca Juga: Segera Kirim Lamaran Anda, Mie Gacoan Bali Membuka Lowongan 'Kitchen'

Pada kondisi seperti ini, lawan bicara dapat fokus terhadap apa yang apa yang sampaikan. Sehingga semuanya bisa merasuk ke dalam jiwa dan pikirannya.

Dengan demikian, makna yang terkandung dalam Surat Al Maun dapat terpatri di sanubari orang-orang beriman. Di mana, ayat pertama mengugkapkan karakter pendusta dalam beragama.

Karakter orang tersebut, secara jelas dipaparkan Allah SWT dalam surat Al Maun. Yakni, orang yang menghardik anak yatim.

Baca Juga: Asmaul Husna, Makna Al Karim, Al Mu’min, Al Wakil, Al Matin, Al Jami, Al Adl dan Al Akhir

Orang-orang mengahardik anak yatim serta enggan mengulurkan bantuan kepada mereka dinilai sebagai pendusta agama.

Mereka telah menodai esensi ajaran Islam yang diwayuhkan kepada Nabi Muhammad.

Bentuk penolakan kepada anak yatim dapat berupa tidak adanya empati dan itikad yang baik untuk merawat dan menjaga mereka.

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 9 Diumumkan, Cek Dashboard Ikuti 5 Langkah Pelatihan berikut Supaya Lolos

Anak yatim sepeninggal wafat ayahnya, telah kehilangan sosok yang mengayomi dan menlidunginya.

Oleh karena itu, Islam menganjurkan umatnya agar memberikan perlindungan dan kasih sayang kepada anak yatim, baik dukungan mental maupun psikologisnya.***

Editor: I GA Putu Yuliani Dewi

Sumber: Ringtimes Banyuwangi (PRMN)

Tags

Terkini

Terpopuler