Mengenang Kepergian, Sosok Pengarang Novel Hujan Bulan Juni

1 Agustus 2020, 19:55 WIB
Sapardi Djoko Damono /

RINGTIMES BALI - Dua Belas Hari mengenang kepergian sosoknya yang sangat memukul hati penikmat karyanya.

Sapardi Djoko Damono adalah seorang Sastrawan, Penyair, Kritikus Sastra sekaligus seorang Dosen.

Di samping itu sosok Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan dari karya yang diciptakan dan sarat akan makna kehidupan

Baca Juga: Penjelasan PHDI Bali, Hare Krisna Dilarang Melakukan Kegiatan di Tempat Umum

Baca Juga: Tak Cairkan Dana Nasabah, LPD Gulingan Dilaporkan ke Polisi

Seakan-akan karyanya mampu menyihir kita sejenak untuk ikut menikmati, mengungkapkan apa yang orang lain rasakan lewat rangkaian sajaknya.

Mengingat kembali, berikut adalah kumpulan puisi fenomenal Sapardi Djoko Damono

  1. Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan Juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

  1. Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan

kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Artikel ini sebelumnya telah terbit di ringtimesbanyuwangi.com dengan judul Telah Meninggal Dunia, Berikut Kumpulan Puisi Fenomenal Karya Sapardi Djoko Damono

  1. Hatiku Selembar Daun

Hatiku selembar daun

melayang jatuh di rumput

Nanti dulu

biarkan aku sejenak terbaring di sini

ada yang masih ingin kupandang

yang selama ini senantiasa luput

Sesaat adalah abadi

sebelum kausapu tamanmu setiap pagi

  1. Yang Fana Adalah Waktu

Yang fana adalah waktu. Kita abadi

memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga

sampai pada suatu hari

kita lupa untuk apa

“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu

Kita abadi

  1. Kuhentikan Hujan

Kuhentikan hujan

Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan

Ada yang berdenyut dalam diriku

Menembus tanah basah

Dendam yang dihamilkan hujan

Dan cahaya matahari

Tak bisa kutolak

Matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga.*** (Ringtimes Banyuwangi)

 

 

Editor: Moh. Husen

Sumber: Ringtimesbanyuwangi.com

Tags

Terkini

Terpopuler