Kalahkan Dollar, Bitcoin Si Mata Uang Elektronik Tembus Rp184 Juta Saat Covid-19

24 Oktober 2020, 09:52 WIB
Bitcoin, Mata Iang Elektronik Merajalela di Tengah Masa Pandemi Covid-19 /tombark/Pixabay


RINGTIMES BALI - 
 Bitcoin, Mata Uang Elektronik Merajalela di Tengah Masa Pandemi Covid-19

Bitcoin adalah sebuah mata uang baru atau uang elektronik yang diciptakan tahun 2009 lalu oleh seseorang yang menggunakan nama samaran Satoshi Nakamoto.

Bitcoin utamanya digunakan dalam transaksi di internet tanpa menggunakan perantara alias tidak menggunakan jasa bank.

Sama seperti KoinP2P dari KoinWorks, bitcoin menggunakan sistem peer to peer(P2P).

Baca Juga: ShopeePay Manjakan Pelanggan, Tambah Fitur Keamanan Rekognisi Wajah dan Sidik Jari

Hanya saja, sistemnya bekerja tanpa penyimpanan atau administrator tunggal di mana Departemen Keuangan Amerika Serikat menyebut bitcoin sebagai sebuah mata uang yang terdesentralisasi .

Tidak seperti mata uang lain pada umumnya, bitcoin tidak bergantung pada satu penerbit utama.

Dilansir dari Warta Ekonomi, Untuk pertama kalinya sejak pertengahan 2019, Bitcoin (BTC) diperdagangkan secara konsisten di atas US$12.500 atau setara dengan Rp184 juta.

Baca Juga: Promo Indomaret Hari Ini, 24 - 27 Oktober 2020, Ada Promo Bulanan Menanti

Begitu pula, kesulitan penambangan Bitcoin naik ke level tertinggi baru sepanjang masa pada 18 Oktober, dengan hashrate mencapai ~137.80 EH/s.

Binance Research memprediksi bahwa penyesuaian ulang Difficulty Rate atau tingkat kesulitan penambangan berikutnya akan terjadi pada awal November yang diperkirakan akan meningkat lebih tinggi.

“Sebagai perbandingan, biaya transaksi yang dikumpulkan oleh penambang tetap rendah, mewakili kurang lebih 8% dari total pendapatan penambang. Oleh karena itu, pertumbuhan hashrate baru-baru ini mungkin menunjukkan potensi pandangan bullish jangka pendek pada apresiasi modal dari Bitcoin," urai Binance Research.

Baca Juga: Turun Tipis, Berapa Kurs Dollar-Rupiah di BNI Hari Ini, 24 Oktober 2020

Grayscale Bitcoin Trust, sebuah instrumen investasi, juga tampak tumbuh, terlihat dari jumlah dana yang dikelola dari 262 ribu BTC pada Desember 2019 menjadi 488 ribu BTC pada 21 Oktober.

"Peningkatan ini menunjukkan minat investor untuk Bitcoin di seluruh pasar ritel dan institusional," kata Binance Research.

Di tengah pembentukan kembali lanskap Bitcoin Futures, minat pada Bitcoin mencapai lebih dari US$4 miliar walaupun masih lebih rendah dari puncak sebelumnya pada 17 Agustus 2020 di mana volume keseluruhan mencapai US$6 miliar.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cinta Hari Ini, 24 Oktober 2020 Leo, Dapat Keuntungan

 

Beberapa faktor dapat memengaruhi perkembangan harga baru-baru ini. Sejumlah perusahaan tradisional telah menambahkan Bitcoin dalam portofolio investasi mereka, seperti MicroStrategy dan Square.

"Ini berpotensi terkait dengan lingkungan makro akibat krisis yang disebabkan Covid-19. Beberapa lembaga keuangan dan global seperti IMF menyesuaikan ekspektasi mereka untuk pemulihan ekonomi dari krisis Covid-19, yang berpotensi memicu pelarian ke aset alternatif," tulis Binance Research lagi.

Adapun berita besar seperti pengumuman PayPal yang mulai menyediakan layanan kustodian kripto, dalam kerja sama dengan Paxos, potensi jangkauannya hingga 26 juta pedagang di seluruh dunia.

Baca Juga: Harga Emas Hari Ini (24 Oktober 2020) di Pegadaian, Logam Mulia Antam Turun Rp 969.000 Per Gram

Dalam industri aset kripto, tren menurun dari DeFi atau Decentralized Finance telah menyebabkan individu dan investor institusional menyeimbangkan kembali portofolionya ke aset kripto yang relatif kurang berisiko seperti Bitcoin.

Menurut Glassnode, saldo Bitcoin di bursa-bursa dilaporkan mencapai 2,5 juta BTC, turun dari 2,9 juta pada Januari 2020. Hal tersebut berpotensi mempengaruhi dinamika sisi jual pasar spot bitcoin.

Baca Juga: Gagal Dapat BLT UMKM Rp 2,4 Juta? Coba Cek Syarat dan Link Daftar Bansos UMKM Facebook Rp31 Juta

"Salah satu temuan yang paling mengejutkan adalah tidak ada berita negatif baru-baru ini yang memiliki dampak negatif yang bertahan lama pada harga Bitcoin. Ini menunjukkan bagaimana pasar Bitcoin menjadi tidak kebergantungan pada satu faktor istimewa," pungkas Binance Research.***

Editor: Dian Effendi

Sumber: Warta Ekonomi

Tags

Terkini

Terpopuler