Di lokasi ini tertanam pohon taruh menyan, yang membuat jenazah yang dimakamkan di desa ini tidak bau.
Desa Terunyan sendiri berasal dari nama pohon Taruh Menyan, yang bermakna taruh itu adalah kayu dan menyan yang bermakna wangi.
Akar pohon Taruh Menyan, menjalar hingga ke lokasi makam dan berusia 1100 tahun. Pohonnya masih tertanam dan menjulang tinggi dengan kokoh.
Baca Juga: Unik tapi Bikin Merinding, Sebuah Desa di Jepang Hampir Seluruhnya Dihuni Boneka
Nama pohon inilah yang diadaptasi menjadi nama desa Terunyan di Bali.
Sejauh mata memandang, nampak tengkorak tersusun dengan rapi. Menurut Donal, tengkorak tersebut sudah dicuci dengan bersih dan disucikan dan sudah diaben.
Setelah prosesi Ngaben, namun bukan dibakar hanya tulang-tulang dibersihkan dan dipajang secara sengaja untuk para wisatawan yang datang berkunjung. Sementara bade (alat pengusung mayat di Bali) ditenggelamkan di Danau Batur.
Kisah mayat yang hanya digeletakan begitu saja tentu mengundang tanya? Bagaimanakah prosesi ngaben yang unik tersebut.
Baca Juga: Omed-omedan, Tradisi Unik Desa Sesetan Setelah Hari Raya Nyepi
Saat mayat digeletakan nampak mungkin barang-barang berserakan seperti handphone, kopi, sandal, piring, dan lain sebagainya itulah pengantar atau teman mereka ketika hidup dan merupakan bekal untuk para mayat tersebut.