Selama orang-orang kolok masih berada dan menetap di Desa Bengkala kutukan tersebut tidak akan pernah beranjak dari desa ini.
Baca Juga: Destinasi Obyek Wisata Pura Goa Lawah yang Unik, Patut untuk Dikunjungi
Sementara menurut hasil penelitian terjadinya penomena kekolokan dengan jumlah yang cukup besar di desa ini disebakan adanya gen resesif yang membuat satu dari lima puluh bayi dari komunitas ini terlahir dalam kondisi bisu serta tuli.
Meskipun demikian penomena ini menjadi satu kelebihan tersendiri bagi desa tersebut.
Warga kolok di desa Bengkala mendapat perlakuan yang istimewa, mereka tidak pernah mendapatkan perlakuan diskriminatif, posisi mereka justru dianggap sejajar dengan warga lain yg mempunyai fisik normal.
Baca Juga: Daftar Harga Tiket Pesawat Bali - Jakarta, 26 Februari 2023
Warga yang menyandang tuna rungu tersebut diberikan kebebasan untuk tidak ikut gotong royong hingga kewajiban untuk memberikan iuran untuk mendukung upacara keagamaan.
Meski demikian mereka tidak mau berdiam diri penderita gagu tuli itu tetap berusaha menempatkan diri mereka seperti warga normal pada umumnya.**
Cek berita seputar Bali dan keunikannya di Ringtimes Bali dengan KLIK DI SINI.