Pesona Desa Trunyan, Kawasan Tertua di Bali yang Punya Nuansa Lokal

10 Februari 2021, 20:45 WIB
Pesona Desa Trunyan, Bali /instagram.com/thebaliguideline

RINGTIMES BALI - Bali menjadi salah satu destinasi wisata yang terkenal hingga ke mancanegara.

Dari turis lokal hingga warga asing sangat ingin berkunjung ke Bali. Tak mengherankan, Bali memang kaya akan budaya dan penampakan alam yang memukau.

Desa Trunyan yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, memiliki daya tariknya yang tersendiri.

Baca Juga: Dijuluki Destinasi Terpopuler di Dunia 2021, Kenali 13 Desa Menakjubkan di Bali

Dilansir Ringtimes Bali dari indonesia.go.id, bahwa Desa Trunyan merupakan salah satu desa adat yang tertua di Bali.

Untuk sampai di sana, Anda perlu menaiki perahu guna melewati lereng Bukit Abang. Dibutuhkan waktu sekitar 45 menit.

Selama perjalanan, Anda dapat menikmati keindahan panorama yakni jejeran pegunungan, tepatnya Gunung Batur.

Baca Juga: Tak Seseram Namanya, Pulau Setan Menyimpan Keindahan yang Memukau

Di bawah kaki gunung, terlihat Danau Batur yang tak kalah indahnya. Udara sejuk bercampur dingin dapat Anda rasakan di sepanjang jalan.

Berbeda dengan praktik keagamaan Hindu pada umumnya, Desa Trunyan tidak mengadakan upacara kremasi atau Ngaben untuk warganya yang sudah tiada.

Akan tetapi, jenazah warganya akan diletakkan di tempat terbuka tepatnya di atas tanah dangkal berbentuk cekungan panjang.

Baca Juga: 5 Tempat Menarik untuk Melihat Satwa Liar di Jepang

Upacara pengistirahatan terakhir untuk jenazah yang unik ini disebut Mepasah.

Jenazah akan dibiarkan hingga membusuk, bahkan hingga tersisa tengkoraknya saja. Pemakaman Trunyan terletak di tepi Danau Kaldera.

Tidak semua jenazah diletakkan pada satu komplek pemakaman. Pemakaman terbagi menjadi tiga bagian, di antaranya:

Baca Juga: Kemenparekraf Dukung Inovasi Baru Destinasi Wisata Secara Virtual

1. Seme Wajah, bagi mereka yang meninggal dengan cara yang wajar.

2. Seme Bantah, untuk mereka yang meninggal dengan cara yang tidak wajar, seperti kecelakaan.

3. Seme Muda, untuk bayi, anak kecil, dan mereka yang belum menikah.

Terdapat Pohon Taru Menyan yang dijuluki pohon harum di Desa Trunyan, karena mampu menyerap bau busuk dari jenazah yang sudah membusuk.

Dapat dipahami bahwa jika Ngaben disebut sebagai kubur api. Maka, Mepasah adalah kubur angin. James Danandjaya, antropolog memberi istilah pada Mepasah sebagai exposure.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Tempat Camping Pantai di Bali

Selain keindahan alam yang ditawarkan, terdapat keunikan adat serta budaya yang dimiliki Desa Trunyan.

Kunjungan ke Desa Trunyan sangat bernuansa budaya lokal yakni peninggalan leluhur. Namun, perlu diperhatikan bahwa Anda tidak dapat bertutur atau bertindak sembarangan di sini.

Bagi Anda yang mengingkan berlibur di tempat yang indah alamnya dan eksotis budayanya, Desa Trunyan adalah pilihan yang tepat.***

 

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: indonesia.go.id disparda.baliprov.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler