RINGTIMES BALI – Hampir setahun Pandemi Covid-19 melanda Indonesia yang membuat para wisatawan harus membatasi pergerakannya. Akibat dari pembatasan pergerakan ini, lahirlah yang disebut dengan wisata virtual.
Wisata virtual adalah model berwisata tanpa harus datang ke lokasinya langsung melainkan dapat dinikmati secara daring.
Awalnya ini hanya dijadikan sebagai fasilitas promosi destinasi wisata, tetapi karena pandemi yang berlangsung lama menjadikan ini sebuah inovasi baru dalam berwisata.
Baca Juga: Kemenparekraf Mengajak Kadin untuk Kembangkan 5 Destinasi Wisata Super Prioritas
Dilansir Ringtimesbali.com dari Antara pada tanggal 3 Februari 2021, wisata virtual akan menjadi tantangan baru bagi pariwisata Indonesia yang dianggap akan membawa peluang baru.
Biaya akan menjadi salah satu pertimbangan wisatawan yang menikmati wisata virtual. Selain meningkatkan pengalaman wisata, biaya yang dikeluarkan juga tidak banyak.
Tantangan-tantangan yang didapat dari wisata virtual harus dipelajari dan diantisipasi oleh pelaku industri pariwisata termasuk pemerintah demi menjaga pendapatan yang dihasilkan dan mata pencaharian warga lokal dari pariwisata serta menjaga pemasukan devisa negara.
Baca Juga: Kemenparekraf Akan Bangkitkan Pariwisata, Pelaku Usaha Wajib Simak Strateginya
Namun wisata virtual juga punya kekurangan, yaitu dari sensasinya akan lebih menyenangkan jika berwisata secara langsung di lokasinya.
Dilansir dari website Kemenparekraf.go.id pada siaran persnya tanggal 27 Januari 2021, Kemenparekraf sangat mendukung wisata virtual ini.