RINGTIMES BALI - John D. Mayer dan Peter Salvover adalah seorang profesor psikologi yang menciptakan kecerdasan emosional EQ atau EI pada tahun 1990 yang terhubung dengan pengelolaan karakter seseorang.
Delapan tahun kemudian psikolog yang bernama Daniel Goleman menyatakan bahwa leadership dalam diri seseorang memiliki ketajaman prediksi yang perlu terintegrasi dengan emosi yang matang.
Leadership yang tidak memiliki kecerdasan emosional akan hancur, apalagi beberapa sangat mengidolakan dirinya sendiri karena sikap tegas yang tertanam bertahun-tahun tapi humanistiknya terabaikan.
Lalu apa hubungannya dalam kepemimpinan bisnis saat ini?.
Kecerdasan Emosional Memperbaiki Konsep Leadership
Setidaknya ada 5 unsur yang membentuk kecerdasan emosional dalam leadership yang sehat yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Hadiah yang Cocok untuk Peringati Hari Ayah Nasional
Leadership dapat mengenali warna emosinya dalam berbagai tindakan yang berhubungan dengan item-item di atas.
Melansir dari score.org, sebuah penelitian menunjukkan bahwa 97% CEO dari berbagai perusahaan mengklaim sangat mementingkan kebutuhan emosional karyawannya tapi justru hanya 69% karyawan yang setuju dengan hal ini.
Kenyataannya banyak orang-orang penting yang duduk dengan kemampuan tertentu yang kurang menghargai kebahagiaan para pekerjanya, tenaga kerja senang artinya mereka akan lebih produktif dan partisipatif.
Apakah Kecerdasan Emosional Penting Saat Ini?
Tingkat stress pada studi global menyatakan 67% masyarakat lebih stress, 57% sangat cemas, dan 54% sudah kelelahan secara mental dan studi lain menunjukkan 77% pekerja lelah dengan apa yang mereka lakukan sekarang.
Statistik tersebut sangat mencengangkan, seperti alarm pasca pandemi yang menjadi wabah serius saat bangsa di zaman modern menderita krisis mental, berkaca pada metode bisnis terdahulu dengan saat ini yang sangat berbeda.
Leadership Sudah Sehat?
Dgitalisasi yang merebak di 2023 dengan banyaknya kompetisi kerja yang kurang seimbang karena adanya ketimpangan ekonomi membuat anak muda enggan terjun ke dalam lingkungan toxic yang memeras energinya.
Perusahaan masa kini perlu menggali kecerdasan emosional dalam kepemimpinan mereka, kesehatan mental lebih terpandang di tahun ini karena mencari uang di tempat yang negatif akan terasa sulit.
Cek Solusinya!
Leadership perlu menambah kesadaran dan berempati kepada bawahan untuk mencapai kesehatan tim dengan memberikan fleksibilitas serta otonomi dalam lingkungan hybrid yang menjunjung tinggi nilai sosial.
Menetapkan kebijakan yang saling menguntungkan juga penting seperti mudah memberikan cuti atau mengizinkan anggotanya merawat diri karena cara-cara tersebut dapat membentuk budaya kerja yang menguntungkan dan meningkatkan profit dengan cepat.***