RINGTIMES BALI - Banyak orang bilang jika perempuan Jepang memiliki gairah seks sangat tinggi. Benar atau salah?
Di sini kita akan membahas soal berhubungan seks sebelum menikah yang disebut-sebut sangat wajar dilakukan di Jepang.
Faktanya, membicarakan seks di Jepang adalah hal yang wajar. Berbeda dengan di Indonesia, ketika membicarakan seks identik dengan dosa sehingga banyak orang menutupinya lantaran disebut aib yang sangat besar.
Baca Juga: 3 Alasan Buah di Jepang Mahal hingga Mencapai Ratusan Juta Rupiah
Hal ini yang terlihat seolah-olah orang Jepang sangat identik dengan seks. Lantas benarkah di Jepang berhubungan intim sebelum menikah adalah wajar? Jawabannya iya, mengapa?
Membicarakan seks bukanlah hal yang tabu dibicarakan oleh pemuda pemudi Jepang. Mereka dengan sangat terbuka membicarakan soal seks.
Dilansir dari kanal YouTube Diera Nathania, mengungkapkan fakta bahwa anak muda Jepang telah mempelajari seks ketika di sekolah.
Bahkan katanya dengan gamblang murid di sekolah SMP diajarkan bagaimana cara menggunakan kondom dan cara menghindari kehamilan.
Baca Juga: Berkendara di Jepang, Hati-hati Jika Bertemu Orang yang Tidur di Tengah Jalan
Di sekolah mereka juga diajarkan 3 kebutuhan besar manusia yaitu makan, tidur dan seks.
Hal ini membuat mindset mereka jika ada orang pacaran mereka melakukan hubungan seksual karena itu tidak ada orang yang menjudge atau mencibir di belakang.
Ketika membicarakan hubungan seksual di Jepang memang sangat terbuka. Perbedaan agama, pendidikan di Indonesia dan di Jepang tentu berbeda. Sebab, perbedaan budaya atau culture di kedua negara memang berbeda.
Terlepas dari perbedaan budaya antara Jepang dan Indonesia, tidak selayaknya kita menanyakan soal hubungan seks kepada orang yang tidak kenal dengan cara yang tidak sopan.
Baca Juga: 7 Fakta Gempa Bumi di Fukushima Jepang, Salah Satunya Tidak Ada Peringatan Dini Tsunami
Pastinya kita memiliki hak atas tubuh kita sendiri untuk melakukan hubungan seksual atau tidak karena faktanya budaya seperti ini banyak ditemukan di negara lain tidak hanya di Jepang.***