Penyebab Masyarakat Indonesia Mudah Terkena Hoax Menurut Rhenald Kasali

- 9 Juni 2022, 16:00 WIB
Penyebab masyarakat Indonesia mudah terkena hoax menurut Rhenald Kasali.
Penyebab masyarakat Indonesia mudah terkena hoax menurut Rhenald Kasali. /Tangkapan layar Youtube/Rhenald Kasali

RINGTIMES BALI - Hoax yang juga dikenal dengan hoaks adalah berita bohong. Atau kebohongan yang dibuat dengan tujuan yang jahat.

Hoaks pastinya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kita. Bagaimanapun kata satu ini sudah sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari.

Namun, meskipun disebut berita bohong, tahukah Anda mengapa masyarakat kita mudah terkena hoax?

Baca Juga: Viral Pengeroyokan di Lapangan Lumintang Bali Ternyata Hoax

Berikut penyebab orang indonesia mudah terkena hoaks yang dilansir dari kanal youtube Rhenald Kasali.

Menurutnya belakangan ini banyak orang yang pandai, tapi terlihat tidak pandai.

Hal ini terjadi karena kita menjadi korban clickbait bombastic words.

Tidak sedikit orang yang membuat kata-kata bombastis agar bisa menarik perhatian, meskipun pada kenyataannya hal tersebut tidak lepas dari clickbait.

Baca Juga: Waspada Beredar Akun WA Atas Nama Sekretaris Disdagperinkop Ukm Kabupaten Buleleng, Hoax Atau Fakta

Clickbait sendiri adalah sebuah judul yang dibuat untuk memancing orang mengklik atau membuka konten tersebut.

Kata-kata bombastic yang banyak disajikan di media massa, jelas berbeda dengan jurnal ilmiah di mana dalam peraturan jurnal ilmiah sendiri dilarang untuk memanipulasi pikiran pembaca.

Namun, karena kita hidup di tengah arus sosial media, mau tidak mau membuat kita kebanjiran informasi.

Kemudahan informasi tersebut sebenarnya bisa menjadi mata pisau dua arah.

Baca Juga: Kepala WHO Peringatkan Vaksin Booster Covid 19 Dapat Membunuh Anak Kecil, Fakta atau Hoax?

Sisi negatifnya kemudahan informasi kemudian dimanfaat orang-orang dengan mencoba menarik perhatian dengan cara yang tidak tepat.

Mengapa masyarakat terlalu mudah terbawa arus?

Hal ini terjadi karena adanya gejala psikologi yang disebut the curiosity gap yang dikembangkan oleh George Lowenstein, sebuah teori yang mengatakan bahwa manusia selalu bisa membedakan antara apa yang diketahui dan apa yang ingin diketahui. 

Dari hal yang tidak diketahui tersebut maka muncullah rasa penasaran.

Baca Juga: Fakta Menarik dr Richard Lee, Berawal dari Vlog Edukasi Produk Kecantikan hingga Berujung Ditahan

Tentunya rasa penasaran ini tidak lepas juga dari fakta bahwa manusia sebagai sosok information seekers, yang selalu mencari informasi. 

Bahkan hal tersebut dapat dilihat dari hasil studi perbandingan iklan clickbait dan tidak clickbait yang ternyata memuat hasil yang menarik.

Iklan clickbait faktanya dibuka 927% lebih banyak dibandingkan iklan atau berita yang tidak mengandung clickbait.

Curiocity gap, tentunya menjadi penyebabnya. Sebuah rasa penasaran yang memanfaatkan keingintahuan pembaca untuk membuat mereka mengklik iklan atau berita tersebut.

Baca Juga: Polisi Kantongi Buku Hikayat Pohon Ganja Selain BB Narkoba 30 Gram, Anji Sebut sebagai Bagian dari Edukasi

Di media massa kita sering melihat kutipan dan mengambil statement padahal isinya tidak sama dengan judulnya.

Kadang-kadang judulnya menyeramkan, tapi ternyata isinya tidak ada apa-apanya. Kesimpulannya sosial media banjir informasi, clickbait dan bombastis words. 

Manusia yang haus akan selalu curious dan menelannya secara mentah-mentah.

Sedangkan sebaliknya, manusia yang cerdas adalah mereka yang memilah informasi sebelum memasak dan menelannya.

Itulah mengapa untuk menghindari hoax ini setiap pengguna media sosial memiliki tanggung jawab. Salah satunya adalah harus menerapkan saring sebelum sharing.***

Editor: Muhammad Khusaini


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah