Network
RINGTIMES BALI – Haruskah kita memakai filter Instagram, facetune, dan alat augmented-reality untuk mengubah bentuk wajah yang kita miliki. Namun, bagaimana jika filter seperti itu mengesampingkan kesehatan mental kita?
Seseorang mungkin sedang berpikir “Haruskah aku suntik putih?” untuk mendapatkan kecantikan umum yang seringkali disebut oleh banyak orang. Standarisasi kecantikan mungkin sudah milik media sosial dalam menghadirkan arti cantik.
Seminggu, 24 jam mungkin kita habiskan untuk menghadap media sosial guna menikmati kabar-kabar terbaru dari kerabat dekat, teman, keluarga, dan juga influencer. Selebriti dalam media sosial mungkin sekali untuk membuat penggemarnya mengikuti apa yang dilakukannya, seperti menggunakan filter instagram.
Baca Juga: Tips Membuat Kolase Foto Kenangan 2020 di Instagram
Intensitas melihat kecantikan subjektif masing-masing orang meningkat sejak tahun 2020. Pandemi adalah salah satu alasan banyak orang lebih lama dalam interaksinya dengan internet.
Secara dramatis, meningkatnya angka intensitas tersebut memperkuat pengalaman otak dalam merekam apa yang telah dilihat di Internet.
Pandemi covid-19 menerapkan adanya budaya sosial berjarak. Jika sebelumnya mungkin kita akan menemukan kesenangan dalam menonton konser musik, nongkrong di kafe, dan berwisata ke alam. Hari ini kita harus mengubah rumah kita menjadi tempat untuk bekerja dan bersenang-senang dalam ruang yang sama.
Baca Juga: Tagar Cuaca Panas Dikeluhkan Warganet, Instagram dan Twitter BMKG Diserbu, Cek Suhu Daerahmu
Banyak orang menghibur diri dengan kencan virtual, pernikahan yang disiarkan langsung melalui media sosial, bahkan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keterampilan maupun intelektualitas yang dipandu secara daring.
Dilansir dari womenshealthmag.com, di Amerika, peningkatan penggunaan internet berada di angka 60 persen dan penggunaan instagram sebagai aplikasi media sosial yang sering digunakan di posisi kedua setelah facebook.
