Mata air suci yang keluar dari pelataran pura ditampung dalam sebuah kolam, kemudian disalurkan ke sejumlah pancoran dalam kolam permandian ini, pada hari-hari yang dianggap suci oleh pemeluk Hindu para pengunjung harus rela antre berlama-lama di kolam permandian, untuk mendapatkan giliran membersihkan diri pada pancoran-pancoran yang ada di lokasi.
Para pengunjung (khususnya umat Hindu) terkadang memilih waktu sore hingga petang untuk dapat melukat, karena saat hari suci tersebut padat.
Baca Juga: Keunikan Desa Bengkala di Bali dengan Julukan Desa Sunyi
Tidak jarang juga wisatawan asing ikut melakukan penyucian diri di Pura Tirta Empul Tampaksiring Gianyar ini. Mata air alam yang keluar dari pelataran Pura Tirta Empul, selain sebagai tempat pemandian suci, juga sebagai tempat memohon air suci (tirta) dalam kebutuhan upacara agama Hindu.
Berdasarkan kisahnya Pura Pemadian Tirta Empul Tampaksiring ini merupakan salah satu pura kuno di pulau Bali, berasal dari sejarah masa lalu, yang berkaitan dengan legenda raja Maya Denawa.
Nama Tampak Siring sendiri berasal dari Tampak yang berarti telapak kaki dan Siring artinya miring. Kata telapak tersebut berkaitan dengan adanya mitologis dari raja yang Mayadenawa yang memerintah kala itu.
Baca Juga: 7 Villa di Bali Lengkap dengan Private Pool, Harga di Bawah Rp1 Juta
Raja Mayadenawa sendiri adalah raja yang sakti, bisa merubah wujudnya ke berbagai macam bentuk. Dalam pemerintahannya Raja Mayadenawa memerintah dengan lalim. Oleh karena itu dewa kahyangan merasa prihatin dengan keadaan kerajaan seperti itu.
Kemudian kahyangan mengutus dewa perang yaitu Dewa Indra turun ke bumi bersama pasukan kahyangan untuk memerangi dan menghancurkan raja Mayadenawa.
Kalah dalam perang Mayadenawa berlari ke tengah hutan, untuk menghilangkan jejak kemudian berjalan dengan telapak kaki miring, itulah asal muasal nama Tampak Siring.