Pakar Kejiwaan Komentar, Terkait Konspirasi Jerinx Terhadap Covid-19

- 1 Agustus 2020, 15:52 WIB
Musisi Jerinx SID.
Musisi Jerinx SID. /Instagram.com/@jrxsid

RINGTIMES BALI - Jerinx (SID) yang nama lengkapnya I Gede Ari Astina yang juga merupakan Drummer Superman Is Dead sering menyampaikan pendapatnya tentang virus Corona hanya sebuah konspirasi elite global.

Jerinx tiap kali berpendapat soal konspirasi virus corona di tingkat elite global hingga menolak memakai masker dan ikut rapid test dalam unggahannya melalui akun Instagram.

Tak Ayal Berbagai pihak pun mengomentari perilaku Jerinx, salah satunya Pakar Keperawatan Jiwa Universitas Indonesia Prof. Achir Yani S. Hamid mengatakan, dilihat dari psikodinamika menghadapi Covid-19, memang sangat beragam. Dinamika tergantung anggapan Covid-19 sebagai ancaman atau bukan.Baca Juga: Aneh, Terdapat Empat Luka Tusukan di Tubuh Yodi Prabowo, Ini Faktanya

Berita ini sebelumnya telah terbit di pikiranrakyatbekasi.com dengan judul Sering Sebut Covid-19 Sebagai Konspirasi Dunia, Pakar Kejiwaan Komentari Kondisi Jerinx

"Sulit untuk memastikannya dengan hanya membaca berita yang belum tentu juga original kerena sudah dipersepsikan oleh penulis," kata Achir Yani

"Saya hanya meninjau dari psikodinamika perilaku. Jika Covid-19 dianggap sebagai stressor maka tiap manusia mungkin merespons stressor (Covid-19) secara unik atau berbeda tergantung apakah mengganggap Covid-19 sebagai ancaman atau bukan," kata Yani pada Kamis, 30 Juli 2020.

Yani mengatakan, persepsi terhadap stressor ini juga dipengaruhi oleh pengalaman terdahulu saat menghadapi berbagai stressor dan situasi krisis. Semakin seseorang merasa terancam, maka semakin dia akan berhati-hati dan berupaya keras untuk melindungi dirinya.

Baca Juga: Blak-blakan Ungkap Malam Pertama, Pasangan Maia Estianty dan Irwan Mussry Sangat Romantis

"Semakin berpengalaman dan sukses menghadapi stressor atau ancaman sebelumnya, akan membuat seseorang semakin kuat dengan mekanisme koping yang sudah teruji menghadapi situasi yang menimbulkan stress," katanya.

"Tapi bisa saja seseorang bersikap paradoksikal untuk menghadapi kecemasannya, misalnya saja bisa menggunakan humor, ketika sangat bersedih," tambahnya.

Halaman:

Editor: I Ketut Subiksa

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x