Suzume no Tojimari Sudah Tayang di Bali, Begini Tanggapan Pengamat Film

10 Maret 2023, 15:54 WIB
Tanggapan pengamat film asal Bali, Christian Nata Putra tentang Suzume no Tojimari. /Ringtimes Bali/I Gede Bayu Saputra

RINGTIMES BALI – Suzune no Tojimari, film ketiga garapan Makoto Shinkai telah tayang pada Rabu, 8 Maret 2023 di bioskop seluruh Indonesia.

Banyak pecinta film anime seluruh tanah air sangat antusias menonton film Suzune no Tojimari dan telah memberikan berbagai tanggapan tentang film tersebut.

Seperti tak mau kalah, salah satu pengamat film asal Bali, Christian Nata Putra langsung memberikan tanggapan dan mencoba memecahkan beberapa hal yang masih menjadi misteri di film Suzume no Tojimari.

Sebelum lebih lanjut, kami mengingatkan bahwa artikel kali ini mengandung spoiler.

Baca Juga: Istri Hamil 6 Bulan Dianiaya, Suami Diamankan Polres Badung

Menurut Nata, film Suzume no Tojimari merupakan sebuah film animasi yang sangat memanjakan mata dengan banyak visualnya yang sangat indah.

Selain itu ceritanya juga menarik yang mengisahkan perjalanan Suzume seorang gadis SMA dengan pria misterius bernama Souta untuk menutup ‘gerbang’ agar ‘cacing’ yang berada didalam tidak bisa keluar sehingga Gempa Bumi berhasil diatasi.

Nata menjelaskan, bahwa ‘cacing’ itu hidup di Ever-After dimana realitas semua waktu ada secara bersamaan. Bayangkan jika ‘cacing’ tersebut adalah kenangan masa lalu yang telah lama dilupakan.

Baca Juga: Prediksi Cuaca untuk Wilayah Mengwi dan Sekitarnya, Sabtu, 11 Maret 2023

“Kenangan yang emosional itu terkesan berat lalu yang bikin cacingnya akhirnya jatuh itu adalah regresi waktu, stress, dan beban pertiwi yang digambarkan dalam bentuk juntaian cahaya yang muncul dari bumi,” kata Nata.

Nata yakin bahwa ‘cacing’ disana menggambarkan lorong waktu, karena bisa diambil dari istilah worm hole yang merupakan sebutan untuk fenomena distorsi ruang dan waktu.

Lalu di film ini ada ‘gerbang’ yang menjadi gambaran untuk masuk ke lorong waktu.

“Paradox waktu ini yg bikin Suzume ketika bocah mempunyai visualisasi figur laki laki dihidupnya dia, hal ini dalam beberapa tingkatan bawah sadarnya sudah pasti mempengaruhi obsesinya dia ke Sota,” tutur Nata.

Baca Juga: Prediksi Cuaca untuk Wilayah Ubud dan Sekitarnya, Sabtu, 11 Maret 2023

Nata sampai melakukan research perihal referensi yang diambil oleh film Suzume no Tojimari.

Dia menemukan bahwa bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda kampung halaman Suzume memang pernah terjadi di Jepang.

“Secara implisit si pembuat film mau bilang kursi anak anak yang dibawa Suzume itu memang sudah benar benar hilang akibat bencana alam itu,” katanya.

Di dalam film tersebut Suzume mengakatan “Aku pernah kehilangan kursi itu sewaktu kanak-kanak,” yang menyiratkan bahwa semua hal telah hilang akibat Gempa Bumi dengan kekuatan 9SR yang lalu disusul oleh Tsunami.

Baca Juga: Prediksi Cuaca untuk Wilayah Nusa Dua dan Sekitarnya, Sabtu, 11 Maret 2023

Sebuah teori sederhana dari Nata tentang penyebab kenapa kaki kursi itu hanya tiga, karena angka tiga di Jepang merupakan angka keberuntungan pada budaya Jepang, dan angka 4 memiliki makna sebaliknya.

“Balik lagi kemasalah paradox waktu, kursinya yang telah hilang berhasil ditemukan Kembali oleh Suzume Remaja dan memberikannya ke Suzume Kecil di Ever-After” ujar Nata.

Nata menambahkan bahwa Makoto Shinkai ingin menggambarkan tentang pertanyaan “kalau kamu bisa kembali ke masa lalu, kamu mau bilang apa ke dirimu yang masih muda?"

Untuk film Suzume no Tojimari Nata memberikan score 8.2/10.***

Cek berita lainnya dari Ringtimes Bali dengan KLIK DI SINI.

Editor: Jero Kadek Wahyu Baratha

Tags

Terkini

Terpopuler