Sikap Terlalu Baik Ternyata Berdampak Buruk pada Kebahagiaan

21 Juni 2022, 12:40 WIB
Ilustrasi sikap baik ternyata berdampak buruk pada kebahagiaan. /Pexels/Sofia Alejandra

RINGTIMES BALI - Sebagian besar film menggambarkan karakter utama yang baik akan mendapatkan begitu banyak masalah.

Entah memiliki bos yang terlalu menuntut kesempurnaan, saudara tiri atau Ibu tiri yang kejam, hingga menjadi bahan bully teman. Intinya adalah bersikap baik bisa membuat Anda dalam masalah.

Menjadi baik adalah hal yang diajarkan sejak kita kecil. Kita diajarkan untuk saling berbagi, tolong menolong, dan belajar jika itu adalah hal yang baik.

Namun, ketika berumur 20 tahun tiba-tiba kita terjebak, menjadi terlalu baik bisa membuat begitu banyak masalah.

Baca Juga: Sosial Media Menjadi Toxic, Begini Cara Mengatasinya

Pernahkan Anda melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak Anda sukai atau tidak Anda inginkan?

Mungkin Anda pernah berada di situasi, saat sedang ujian atau ulangan seorang teman bertanya tentang jawaban kepada Anda.

Walau sempat dilema, Anda memutuskan untuk memberitahu jawaban Anda karena stigma buruk yang akan Anda terima jika menolak.

Atau kondisi di mana seorang teman meminta untuk menyalin pekerjaan rumah dengan berbagai dalih, yang lagi mau tidak mau Anda menurutinya.

Baca Juga: Rhenald Kasali: Kenali Toxic Words yang Meracuni Anak Muda, Salah Satunya Cuan

Lalu saat penilaian, Anda dan teman-teman Anda mendapatkan nilai yang sama dari hasil jerih payah Anda sendiri.

Meskipun Anda tahu bahwa melakukan hal ini hanya akan membentuk karakter pemalas dan tidak bertanggung jawab.

Atau bisa jadi di situasi tertentu, teman tongkrongan menjadikan Anda sebagai bahan lelucon mereka, meskipun tidak suka dan membuat Anda tidak nyaman. Anda tetap memilih diam karena takut disebut 'baperan'.

Sebenarnya apa salahnya menjadi terlalu baik?

Baca Juga: 10 Tanda Abusive dan Toxic Relationship, Sadari Tandanya dari Sekarang

Tahukah Anda bahwa sikap 'terlalu baik' yang menuruti semua keinginan orang lain, mengiyakan dan tidak berani menolak atau mengatakan tidak akan membuat Anda stres dan tidak bahagia.

Kita sebagai manusia pastinya ingin disukai dan diterima. Bagaimanapun tidak ada orang yang ingin menjadi terisolasi dan tersisihkan.

Sehingga seringkali memilih 'diam' sebagai jalan pintas untuk menjaga perdamaian.

Jelas ini bukan pilihan yang bisa dibenarkan. Namun, bukan berarti Anda harus egois dan mengabaikan orang lain. 

Baca Juga: Kenali 5 Ciri Teman Toxic, Salah Satunya Suka Bergosip

Anda tidak harus membuang 'kebaikan', tapi Anda harus belajar mengendalikan dan memahami bagaimana hal itu mempengaruhi kinerja Anda serta cara orang lain memandang Anda.

Hal yang harus Anda lakukan adalah

- Menempatkan diri Anda pada daftar keinginan

- Kenali apa yang menjadi prioritas

- Komunikasi apa yang Anda inginkan

- Tetapkan batasan

- Pahami bahwa kata tidak bisa menjadi teman

Baca Juga: 7 Pelajaran Hidup yang Dapat Diambil Usai Bebas dari 'Toxic Relationship'

Apabila Anda menemukan bahwa Anda tidak bisa berbicara dengan mudah, cobalah bingkai ulang cara Anda memandang dunia.

Tanyakan pada diri sendiri, 'Jika saya tidak angkat bicara, apa yang saya setujui?"

"Apa artinya ini bagi orang lain?"

Bagaimanapun tidak menutup kemungkinan orang di sekitar tidak tahu apa yang ada di pikiran kita dan bagaimana perasaan kita.

Komunikasi bisa membantu mereka paham.

Semoga dengan begini kita bisa merasakan kebahagiaan tanpa harus membuat sifat baik yang ditanamkan oleh keluarga sejak kecil.***

Editor: Muhammad Khusaini

Tags

Terkini

Terpopuler