Kaum perempuan pada masa sebelum kemerdekaan dikekang dengan berbagai tradisi, seperti kawin paksa, perkawinan dengan lelaki yang umurnya jauh berbeda, serta diskriminasi seperti sulitnya kaum perempuan untuk memperoleh pendidikan.
Para pejuang perempuan seperti Kartini, Rasuna Said, Maria Walanda Maramis dan Dewi Sartika berusaha untuk meningkatkan pendidikan dengan membuka sekolah-sekolah perempuan dan menulis tulisan yang mengajak untuk meninggalkan budaya yang mengekang kebebasan perempuan.
Baca Juga: Kunci Jawaban Sejarah Indonesia Kelas 11 SMA MA Halaman 44, Menganalisis Beberapa Tindakan Daendels
Organisasi pergerakan perempuan juga menjadi salah satu pencetus pergerakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Pergerakan ini ditandai dengan terlaksananya Kongres Perempuan Indonesia nasional pertama yang diselenggarakan di Yogyakarta pada Desember 1928.
Sekitar 30 organisasi perempuan Indonesia ikut mengambil peran, dan dalam kongres ini dibentuk juga Persatoean Perempoean Indonesia (PPI), yang kemudian diubah menjadi Perikatan Perhimpoenan Istri Indonesia (PPII).
Kongres Perempuan Indonesia I ini adalah bagian penting bagi Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. Untuk mengenang sejarah kongres perempuan tersebut, maka setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia.
Baca Juga: Pembahasan Sejarah Indonesia Kelas 11 SMA Halaman 48, Menganalisis Politik dan Kebijakan Raffles
Kongres Perempuan nasional selanjutnya diadakan di Jakarta (1935), Bandung (1938), dan Semarang (1941), yang kemudian perjuangan nasional berangsur-angsur semakin terstruktur.
Dalam kongres 1935, terbentuklah Kongres Perempuan Indonesia (KPI), maka PPII dibubarkan.