Abad Keenam Belas Masehi
Bahkan juga laut Jawa di bawah bulan purnama sidhi itu gelisah. Ombat-ombak besar bergulung-gulung memanjang terputus, menggunung, melandai, mengejajari pesisir pulau Jawa. Setiap puncak ombak dan riak, bahkan juga busanya yang bertebaran pseperti serakan Mutiara-semua-dikuningi oleh cahaya bulan. Angin meniup tenang. Ombak-ombak makin menggila.
Sebuah kapal peronda pantai meluncur dengan kecepatan tinggi dalam cuaca angin damai itu. Badannya yang panjang langsung, dengan haluan dan buritan meruncing, timbul-tenggelam di antara ombak-ombak purnama yang menggila. Layar kemudi di Haluan menggelembung membikin tunas menerjang serong gunung-gunung air itu-serong ke barat laut. Barisan dayung pada dinding kapal berkayuh berirama seperti kaki-kaki pada ular naga. Layarnya yang terbuat pilinan kapas dan benang sutra, mengkilat, seperti emas kuning dan menyilaukan.
Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 Halaman 137, Kegiatan 5.5, Pola Pengembangan Cuplikan Teks
Struktur: Orientasi
Keterangan: Berisi penjelasan tentang latar waktu dan situasi cerita yang akan diceritakan yakni di Laut Jawa kira-kira pada abad keenam belas masehi.
2. Kutipan: Sang Patih berhenti di tengah-tengah pendopo, dekat pada damarsewu, menegur, “Dingin-dingin begini anakanda datang. Pasti ada sesuatu keluarbiasaan. Mendekat sini, anakanda.” Dan Patragading berjalan mendekat dengan lututnya sambil mengangkat sembah, merebahkan diri pada kaki Sang Patih. “Ampuni patik, membangunkan Paduka pada malam buta begini Kabar duka, Paduka. Balatentara Demak di bawah Adipati Kudus memasuki Jepara tanpa diduga-duga, menyalahi aturan perang.”
Struktur: Pengungkapan peristiwa
Keterangan: Pada bagian ini penulis menyajikan terjadinya peristiwa yaitu balantetara Demak di bawah Adipati Kudus memasuki Jepara tanpa diduga-duga.