OPSI Minta Masyarakat Hilangkan Stigma Buruk Pekerja Seks

- 14 September 2020, 18:00 WIB
‘Term of Reference Estabilishment The Networking with Media at Local Level’ yang digelar OPSI.
‘Term of Reference Estabilishment The Networking with Media at Local Level’ yang digelar OPSI. /Emanuel Oja/Tim Ringtimes Bali

RINGTIMES BALI – Tak bisa dipungkiri jika hampir semua Pekerja Seks di Indonesia selalu dipandang rendah oleh masyarakat.

Mereka terkadang dianggap tidak sejajar dengan orang lain yang bekerja mengandalkan keterampilan otot dan otak. Stigma buruk masih menghantui para Pekerja Seks.

Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) bersama Focal Point Denpasar melakukan kegiatan ‘Term of Reference Estabilishment The Networking with Media at Local Level’.

Baca Juga: Tiga Koperasi Bekerjasama Bagikan Sembako untuk Galungan

Acara ini turut dihadiri oleh berbagai LSM diantaranya Yayasan Kerthi Praja (YKP), Bali Peace Club (BPC), ARV Community Support (ACS), Yayasan Gaya Dewata (YGD), serta Komunitas Pengguna Jarum Suntik & Napsa (IDU).

Komang Sumartini selaku Ketua Penyelenggara mengatakan bahwa penggunaan terminologi tertentu memberikan efek psikologis tersendiri.

Selain efek psikologis, sebuah kata atau istilah dapat menghasilkan makna negatif atau positif kepada seseorang atau kelompok tertentu.

Baca Juga: Menaker Ida Fauziyah Apresiasi Sertifikasi Kompetensi Kota Denpasar

“Penggunaan istilah Pekerja Seks Komersil (PSK) adalah salah satu contoh labelisasi yang sepatutnya sudah tidak digunakan masyarakat kepada para pekerja seks.

Ada istilah-istilah baru lebih manusiawi yang bisa dipakai saat ini seperti Pekerja Seks Perempuan (PSP), Waria, dan laki-laki,” ucap Komang disela kegiatan Media Gathering di Warung Mina, Renon pada hari Minggu, 13 September 2020.

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x