Radikalisme dan Terorisme Bukan Monopoli Satu Agama

- 11 September 2020, 15:12 WIB
Direktur Pencegahan BNPT RI (Brigjen Pol R. Ahmad Nurwahid) dalam acara Pencegahan Radikalisme dan Terorisme melalu FKPT Provinsi Bali.
Direktur Pencegahan BNPT RI (Brigjen Pol R. Ahmad Nurwahid) dalam acara Pencegahan Radikalisme dan Terorisme melalu FKPT Provinsi Bali. /

RINGTIMES BALI – Direktur Pencegahan BNPT RI, Brigjen Pol R. Ahmad Nurwahid memberikan apresiasi yang tinggi kepada Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Bali Bidang Perempuan dan Anak, dalam rangka ikut berperan secara aktif menanggulangi radikalisme dan terorisme terutama dalam hal pencegahan.

Ahmad Nurwahid mengungkapkan bahwa ibu memiliki fungsi penting dalam kehidupan berkeluarga karena merekalah guru bangsa terdepan bagi putra-putrinya untuk tumbuh menjadi orang yang berkarakter sesuai harapan masyarakat di dalam mempersiapkan generasi muda penerus bangsa.

“Peran para ibu ini sangat vital dalam mendidik karakter kebangsaan, akhlak, dan budi pekerti anak. Maka mereka pun juga harus dibekali pengetahuan yang benar tentang agama dan nilai-nilai lokal yang tumbuh dimasyarakat,” ungkapnya saat menghadiri acara FKPT dengan tema ‘Perempuan Agen Perdamaian’ di Hotel Harris & Residences Sunset , Kuta pada hari Kamis, 10 September 2020.

Baca Juga: Olah Sampah Organik, DLHK Denpasar Hasilkan 15 Ton Pupuk Kompos Per Bulan

Terkait radikalisme dan terorisme, ia menjelaskan bahwa pada hakikatnya hal ini merupakan gerakan politik yang ingin mengganti ideologi dan sistem negara dengan mengatasnamakan agama namun sebenarnya semua tindakan dan perilaku kelompok terorisme jauh menyimpang dari substansi dan nilai-nilai agama itu sendiri.

Pergerakan radikalisme dan terorisme tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan strategi nasional, namun ada keterlibatan lingkungan regional maupun global. Perkembangannya pun sangat dinamis dan dipengaruhi oleh banyak faktor yang salah satunya adalah politik

“Ada tren perkembangan ketika menghadapi pemilu, namun pasca Pemilu usai ada kecenderungan tren menurun. Faktor pemantiknya adalah politisasi atau sering disebut dengan manipulasi . Agama disini dijadikan casing atau framing untuk gerakan politik mereka” ungkap Ahmad Nurwahid.

Baca Juga: ICW: Pungli Bansos Covid-19 Paling Banyak di Jakarta, Bali Penyelewengan Bansos

Ia menerangkan ada tiga upaya yang dilakukan oleh BNPT antara lain melakukan imunisasi ideologi bagi mereka yang berpotensi terpapar, melakukan kontra-radikalisasi dan de-redikalisasi bagi mereka yang sudah terpapar, serta menjalankan Law Enforcement dan Preventive Strike bagi yang sudah menjadi bagian dari radikalisme, masuk dalam jaringan terorisme dan ada indikasi melakukan aksi teror.

Strategi BNPT didalam menanggulangi aksi radikalisme dan terorisme dalam hal pencegahan adalah menguatkan serta melibatkan secara aktif Civil Society Moderate berupa ormas, kelompok, masyarakat umum termasuk yang penting adalah para perempuan.

“Radikalisme dan terorisme ini tidak bisa ditangani satu institusi saja, jadi saya berharap ada keterlibatan masyarakat juga disini,” tutup Ahmad Nurwahid.***(Riri)

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x