RINGTIMES BALI - Tradisi Makepung (balapan kerbau) di Kabupaten Jembrana, merupakan tradisi yang diwariskan leluhur sejak berpuluh-puluh tahun lamanya.
Tradisi ini lahir dari semangat gotong royong para petani saat masa panen tiba. Dengan semangat kekeluargaan mereka saling berpacu menganggut hasil panen dengan cikar (kereta kayu) yang ditarik sepasang kerbau jantan.
"Jaman nenek moyang kami di Jembrana saat panen padi, mereka gotong royong mengangkut padi dengan Gedebeg atau Cikar atau dalam bahasa Indonesia kereta kayu yang ditarik dua ekor kerbau jantan," tutur Kordinator Makepung Kabupaten Jembrana Made Mare, Sabtu (11/7/2020).
Baca Juga: Rampung 50 Persen, Pembuatan Jalan TMMD Buahan-Kerta Dikebut
Saat mengangkut padi dari sawah untuk dibawa ke rumah itulah tutur Mara, mereka berjalan beriringan dan saling memacu Gedebegnya dengan tujuan saling motifasi semangat gotong royong.
"Dari sanalah kemudian lahir tradisi Makepung yang terus bertahan dan berkembang hingga menjadi maskot di Jembrana," ujar Mara saat ditemui di kediamannya di Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali.
Seiring dengan lerjalanan waktu, tradisi Makepung di Jembrana mulai berinofasi. Makepung mulai dilombakan di sirkuit yang beralaskan tanah. Tentunya ada perbuhan bentuk Gedebeg atau Cikar dari sebelumnya.
Baca Juga: Perkuat Advokasi, SMSI Bali Disarankan tak Rekrut Media Abal-Abal
"Kalau dulu menggunakan Gedebeg besar agar banyak bisa muat padi, diubah bentuk Gedebegnya menjadi lebih kecil dan ringan karena hanya untuk kepentingan lomba. Gedebeg yang sekarang cukup untuk pijakan joki," imbuh Mara yang juga mantan Perbekel Desa Melaya.